51 Persiapan dan Proses Budidaya Lobster air tawar 5.1.1 Persiapan • Pemilihan lokasi Pada dasarnya, lokasi tidak menjadi sesuatu yang mutlak diperhatikan dalam usaha budi daya lobster air tawar, terutama untuk skala usaha kecil atau rumah tangga. Ini dikarenakan usaha budidaya lobster airtawar dapat dilakukan di tempat yang tidak terlalu luas.
petunjuk teknis pelepasliaran lobster Panulirus spp. Figures - uploaded by Danu WijayaAuthor contentAll figure content in this area was uploaded by Danu WijayaContent may be subject to copyright. Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for free PETUNJUK TEKNIS PELEPASLIARAN LOBSTER Panulirus spp. PUSAT KARANTINA IKAN BADAN KARANTINA IKAN, PENGENDALIAN MUTU DAN KEAMANAN HASIL PERIKANAN KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN TAHUN 2018 ii PETUNJUK TEKNIS PELEPASLIARAN LOBSTER Panulirus spp. Pengarah Kepala Pusat Karantina Ikan Penanggung Jawab Kepala Bidang Operasi Karantina dan Keamanan Hayati Editor Totong Koordinator Jumadi Penyusun Ngurah Nyoman Wiadnyana Danu Wijaya Rd. Ferry Ichwan P. Risman Ferdiansyah Sri Retnoningsih Yeni Anggraeni Atit Wistati Awliya Prama Arta Adang Supardan ISBN 978-602-53781-3-3 Diterbitkan oleh Pusat Karantina Ikan Badan Karantina Ikan, Pengendalian Mutu Dan Keamanan Hasil Perikanan Kementerian Kelautan dan Perikanan Gedung Mina Bahari II Lantai 7 Jalan Medan Merdeka Timur No. 16 Jakarta Pusat, 10110 2018 iii KATA PENGANTAR Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga Petunjuk Teknis Juknis Pelepasliaran Lobster Panulirus spp. dapat diselesaikan. Juknis ini disusun berdasarkan Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 56/PERMEN-KP/2016 tentang Larangan Penangkapan dan/atau Pengeluaran Lobster Panulirus spp., Kepiting Scylla spp., dan Rajungan Portunus spp. dari Wilayah Negara Republik Indonesia khususnya Pasal 7 ayat 2 yang menyatakan bahwa setiap orang yang menangkap Lobster Panulirus spp. wajib melepaskan Lobster Panulirus spp. yang masih dalam keadaan hidup, serta dalam kondisi bertelur dan berukuran panjang karapas dibawah 8 delapan cm atau berat ≤ 200 gram per ekor Juknis ini disusun dalam rangka memberikan acuan bagi UPT KIPM dan instansi terkait lainnya dalam melakukan Pelepasliaran Lobster Panulirus spp. sehingga hasil yang diperoleh sesuai dengan yang diharapkan. Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada semua pihak yang memberikan bantuan dan saran sehingga penyusunan Juknis ini dapat berjalan dengan baik dan lancar. Kritik dan saran sangat kami harapkan untuk penyempurnaan Juknis ini di masa yang akan datang. Jakarta, November 2018 Kepala Pusat Karantina Ikan Dr. Riza Priyatna v DAFTAR ISI Hal. KATA PENGANTAR - iii DAFTAR ISI - v DAFTAR TABEL - vi DAFTAR GAMBAR - vii DAFTAR LAMPIRAN- ix BAB I. PENDAHULUAN - 1 Latar Belakang - 1 Tujuan - 2 Sasaran - 2 Ruang Lingkup - 3 Landasan Hukum - 3 Definisi/Istilah - 4 BAB II. BIOLOGI DAN LINGKUNGAN HIDUP LOBSTER - 6 Klasifikasi - 6 Morfologi - 6 Ciri-ciri Lobster Jantan dan Betina - 10 Habitat - 14 Siklus Hidup - 16 BAB III. JENIS-JENIS LOBSTER Panulirus spp. - 19 Lobster Pasir Panulirus homarus - 19 Lobster Batik Panulirus longipes - 20 Lobster Mutiara Panulirus ornatus - 21 Lobster Batu Panulirus penicilatus - 23 Lobster Lumpur/Pakistan Panulirus polyphagus - 24 Lobster Bambu Panulirus versicolor - 25 BAB IV. PENANGANAN LOBSTER SEBELUM PELEPASLIARAN - 27 Persiapan Sarana dan Prasarana- 28 Wadah Tempat Perawatan - 28 Pelindung Shelter - 30 Ketersediaan Media Air - 31 Perawatan - 32 Benih Lobster - 32 Lobster Muda dan Bertelur - 33 vi Pengemasan dan Pengangkutan - 37 Benih Lobster - 37 Lobster Muda dan Bertelur - 38 BAB V. PELAKSANAAN PELEPASLIARAN - 40 Pemilihan Lokasi Pelepasliaran - 40 Cara Pelepasliaran - 41 BAB VI PELAPORAN - 44 DAFTAR PUSTAKA - 45 vii DAFTAR TABEL Hal. Tabel 1. Tahap Perkembangan Telur Lobster - 13 Tabel 2. Jenis dan habitat lobster di Indonesia - 15 Tabel 3. Kisaran Parameter Kualitas Air yang Optimal untuk Lobster - 32 Tabel 4. Ciri-Ciri Fisik Lobster Sehat, Stres dan Mati - 34 viii DAFTAR GAMBAR Hal. Gambar 1. Morfologi benih lobster Panulirus spp. fase puerulus - 8 Gambar 2. Morfologi lobster Panulirus spp. - 9 Gambar 3. Ciri-ciri jenis kelamin lobster jantan dan betina - 12 Gambar 4. Lobster bertelur. A= lobster batik P. longipes; B = lobster batu P. penicillatus di Perairan Prigi. - 14 Gambar 5. Siklus hidup lobster Panulirus homarus - 17 Gambar 6. Lobster pasir Panulirus homarus - 20 Gambar 7. Lobster Batik Panulirus longipes - 21 Gambar 8. Lobster mutiara Panulirus ornatus - 22 Gambar 9. Lobster batu Panulirus penicillatus - 24 Gambar 10. Lobster lumpur/pakistan Panulirus polyphagus - 25 Gambar 11. Lobster bambu Panulirus versicolor - 26 Gambar 12. Bak Filter - 29 Gambar 13. Bak tandon air laut dan air tawar - 30 Gambar 14. Pelindung shelter - 31 Gambar 15. Kondisi benih lobster yang sehat - 35 Gambar 16. Kondisi lobster mati - 35 Gambar 17. Pengemasan benih lobster - 38 Gambar 18. Pengemasan lobster dewasa - 39 ix DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1. Lokasi KKPN DAN KKPD untuk Pelepasliaran Lobster Panulirus spp. - 47 Lampiran 2. Format Berita Acara Pelepasliaran Lobster Panulirus spp. - 57 Lampiran 3. Laporan Pelaksanaan Pelepasliran Lobster Panulirus spp. - 58 I. PENDAHULUAN Latar Belakang Kementerian Kelautan dan Perikanan telah menerbitkan Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia Nomor 56/PERMEN-KP/2016 tentang Larangan Penangkapan dan/atau Pengeluaran Lobster Panulirus spp., Kepiting Scylla spp., dan Rajungan Portunus spp. dari Wilayah Negara Republik Indonesia. Peraturan tersebut diantaranya mengatur tentang ukuran yang boleh ditangkap, sebagaimana Pasal 7 ayat 1 bahwa setiap orang dilarang menjual benih lobster untuk budidaya dan ayat 2 bahwa setiap orang yang menangkap Lobster Panulirus spp. wajib melepaskan Lobster Panulirus spp. yang masih dalam keadaan hidup, serta dalam kondisi bertelur dan berukuran panjang karapas dibawah 8 cm atau berat ≤ 200 gram per ekor. Berdasarkan Permen-KP Nomor 56 Tahun 2016 tersebut telah dilakukan pengawasan di ditempat-tempat pemasukan dan pengeluaran seperti bandara dan pelabuhan yang ditetapkan, sesuai Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia Nomor 76/KEPMEN-KP/2018 tentang Tempat Pemasukan dan Pengeluaran Media Pembawa Hama dan Penyakit Ikan. Disamping itu dilakukan pula di serta sentra-sentra penangkapan lobster. Pengawasan dilakukan oleh petugas karantina ikan dengan melibatkan pengawas perikanan, POLRI, dan pihak-pihak terkait. Pada tahun 2017 BKIPM telah menggagalkan pengeluaran benih lobster sebanyak ekor senilai Rp lobster under size sebanyak 739 kg senilai Rp dan lobster bertelur sebanyak 171 kg senilai Rp BKIPM, 2017. Kegiatan pelepasliaran lobster Panulirus spp. hasil penindakan karantina diharapkan dapat menambah pengayaan dan pemulihan populasi lobster di alam sesuai dengan potensi sumber daya ikan di Wilayah Pengelolaan Perikanan negara Republik Indonesia WPP-NRI. Untuk menjamin keberlangsungan hidup lobster yang dilepasliarkan perlu penanganan secara baik, terutama pada tahap persiapan dan pelaksanaan pelepasliaran. Sehubungan dengan hal tersebut perlu adanya Petunjuk Teknis Pelepasliaran Lobster Panulirus spp.. Tujuan Tujuan penyusunan Petunjuk Teknis ini adalah untuk memberikan petunjuk tata cara pelepasliaran lobster Panulirus spp. mulai dari tahap persiapan, pelaksanaan dan pelaporan. Sasaran Sasaran pengguna Petunjuk Teknis ini adalah Petugas Karantina Ikan, Pengendalian Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan KIPM, instansi terkait, pemerintah daerah, Kelompok Masyarakat Pengawas POKMASWAS dan masyarakat. Ruang Lingkup Ruang lingkup Petunjuk Teknis ini meliputi 1. Klasifikasi, Morfologi, Habitat dan Siklus Hidup Lobster 2. Pemilihan Lokasi Pelepasliaran Lobster 3. Pengangkutan / Transportasi Lobster 4. Teknik Pelepasliaran Lobster 5. Peran Serta Masyarakat, dan 6. Pelaporan Landasan Hukum Landasan hukum penyusunan Juknis ini adalah sebagai berikut 1. Undang-Undang RI Nomor 5 Tahun 1990 tentang Pelestarian Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya; 2. Undang-Undang RI Nomor 16 Tahun 1992 tentang Karantina Hewan, Ikan, dan Tumbuhan; 3. Undang-Undang RI Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan, sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 45 Tahun 2009; 4. Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2002 tentang Karantina Ikan; 5. Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2007 tentang Konservasi Sumberdaya Ikan; 6. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 05/MEN/2005 tentang Tindakan Karantina Ikan untuk Pengeluaran Media Pembawa Hama dan Penyakit Ikan Karantina; 7. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 56/PERMEN-KP/2016 tentang Larangan Penangkapan dan/atau Pengeluaran Lobster Panulirus spp., Kepiting Scylla spp., dan Rajungan Portunus spp. dari Wilayah Negara Republik Indonesia. Definisi / Istilah perut lobster yang terdiri dari 6 segmen yang terlihat dengan pelengkapnya termasuk kipas ekor. Pelengkap dari kepala, terdiri dari tiga pangkal dan dua flagela. Disebut sebagai antena pertama. Pelengkap dari kepala, terdiri dari lima segmen pangkal dan flagela. Fase setelah fase larva dimana berbentuk transparan, belum makan dari luar dan bergerak melayang, masih dipengaruhi arus dan gelombang laut. Lubang genital pada invertebrata cangkang keras yang melindungi organ dalam lobster dengan panjang karapas 50%, tipe perairan merupakan perairan semi terbuka/teluk dengan sirkulasi baik, kedalaman perairan 5-10 m, kecerahan 3-5 m, sirkulasi massa air/kecepatan arus 20-50 cm/detik, salinitas 28-32 ppt, suhu perairan 280-300 C, pH 7,8-8,5, dan Oksigen terlarut >5mg/L. Lokasi pelepasliaran diprioritaskan berada di kawasan konservasi atau dapat berada di luar kawasan konservasi yang memiliki karakter sama dengan habitat alami lobster. Beberapa lokasi yang berpotensi sebagai lokasi pelepasliaran lobster adalah Kawasan Konservasi Perairan Nasional KKPN dan Kawasan Konservasi Perairan Daerah KKPD yang saat ini telah dikelola oleh Kementerian Kelautan dan Perikanan sepanjang memenuhi persyaratan teknis dapat dilihat pada Lampiran 1. 5. 2. Cara Pelepasliaran Lobster yang akan dilepasliarkan harus melalui tahapan prakondisi dan aklimatisasi terlebih dahulu. Hal ini dimaksudkan agar jenis lobster yang akan dilepasliarkan dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan perairan baru sehingga tingkat kelangsungan hidupnya tinggi. Penyesuaian terhadap lingkungan ini biasanya berkaitan erat dengan suhu air dan salinitas. Suhu sangat berpengaruh dalam proses adaptasi saat penebaran benih, oleh karena itu penebaran benih harus dilakukan pada saat suasana teduh, yaitu di pagi hari dimana kondisi gelombang dan arus air laut juga sedang tenang. Sebelum benih lobster ditebar, benih perlu diadaptasikan dengan cara aklimatisasi suhu penyesuaian suhu terlebih dahulu sebelum dilepas ke laut. Lobster yang dikemas dalam kantong plastik beroksigen, terlebih dahulu dilakukan aklimatisasi. Proses aklimatisasi dengan cara mengapungkan kantong plastik yang berisi lobster diatas permukaan air. Hal ini dimaksudkan agar suhu dalam kantong plastik mencapai kisaran dengan suhu air di lokasi pelepasliaran. Setelah itu, lobster ditebarkan dengan cara membuka kantong plastik dan melepas lobster secara perlahan. Cara pelepasliaran yang benar dapat memperkecil resiko mortalitas kematian lobster yang dilepasliarkan, baik sebagai akibat predasi oleh predator atau akibat kompetisi. Tiga cara tebar yang dapat digunakan berdasarkan luas wilayah perairan, yaitu a. tebar spot, yaitu pelepasliaran seluruh lobster di satu titik di kawasan yang telah ditentukan, teknik ini dilakukan pada wilayah perairan yang tidak terlalu luas. b. tebar scatter yaitu pelepasliaran lobster di lebih dari satu titik di dalam satu kawasan perairan, teknik ini dilakukan untuk kawasan perairan yang cukup luas. c. tebar trickle yaitu pelepasliaran yang dilakukan beberapa kali selama periode tertentu di salah satu kawasan perairan, teknik ini dilakukan untuk wilayah perairan yang luas dan sifat perairannya tidak banyak berubah dari waktu ke waktu. VI. PELAPORAN Laporan kegiatan dibutuhkan untuk mendokumentasikan kegiatan pelepasliaran. Laporan juga berfungsi sebagai bentuk pertanggungjawaban kegiatan terhadap instansi terkait lainnya. Laporan dibuat secara tertulis dalam bentuk laporan teknis serta dapat memberikan informasi yang padat, sistematik dan terarah mengenai proses pelepasliaran lobster dari mulai persiapan sampai dengan pelaksanaan. Disamping itu pada pelaporan perlu dilampirkan berita acara pelepasliaran sebagaimana terlampir dalam Lampiran 2. Pelaporan dibuat setelah kegiatan pelepasliaran tersebut, dan disampaikan kepada atasan pelaksana pelepasliaran. Laporan hasil pelaksanaan pelepasliaran lobster mengikuti format pelaporan yang umum sebagaimana terlampir dalam Lampiran 3. DAFTAR PUSTAKA Berry, P. F. 1971. The biology of the spiny lobster Panulirus homarus Linneaus off the east coast of Southern Africa. Oceanographic Research Institute, Durban. Invest. Rep. No. 28. 75 pp. BP2KSI. 2015. Ecological Assessment untuk Restocking Benih Lobster di Kawasan Konservasi Perairan Indonesia. Laporan Teknis. Balai Penelitian Pemulihan dan Konservasi Sumber Daya Ikan. Chan, 1998. Lobsters. In Carpenter, & Niem, eds. FAO species identification guide for fishery purposes. The living marine resources of Western Central Pacific. Volume 2. Chepalopods, crustaceans, holothurians and sharks. FAO. Rome. pp. 973-1043. Effendi, H. 2003. Telaah Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumberdaya dan Lingkungan Perairan. Kanisius. Yogyakarta, 258 hlm. Ghory, Kasmi, Akhtar, A., Roohi, Z., & Bano, H. 2005. Some developmental stages of spiny lobsters collected from the northern arabian sea. Pakistan Journal of Marine Science 142, 145-156. Holthuis, 1991. FAO species catalogue. Vol. 13. Marine lobsters of the world. An annotated and illustrated catalogue of species of interest to fisheries known to date. FAO Fisheries Synopsis. No. 125, Vol. 13. Rome, p. Kalih, 2012. Keragaman Serta Distribusi Lobster Anggota Palinuridae dan Scyllaridae di Perairan Pantai Pulau Lombok. Tesis Program Pasca Sarjana Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Kartamiharja, & Satria, F. 2016. Petunjuk Teknis Pengkayaan Stok Stock Enhancement dan Rehabilitasi Habitat Lobster Panulirus spp. Balai Penelitian Pemulihan dan Konservasi Sumber Daya Ikan. 39 hlm. Nurfiarini, A & Purnamaningtyas, 2017. Pencatatan kedua dan beberapa aspek biologi lobster batik merah Panulirus longipes femoristriga Von Martens, 1872 yang ditangkap di Teluk Sepi, Lombok Barat. J. Lit. Perikan. Ind. 223, 141-152. Philips, and George. 1980. General Biology. The biology and Management of Lobster. Edt. and Phillips. Academic Press. New York 1 2-72. Sukamto, Muryanto, T. & Kuslani, H. 2017. Teknik identifikasi jenis kelamin lobster berbasis ciri-ciri morfologi. Buletin teknisi litkayasa 152, 99-102. LAMPIRAN 1. LOKASI KKPN DAN KKPD UNTUK PELEPASLIARAN LOBSTER Panulirus spp. Kawasan Konservasi Laut Daerah Perairan Pulau Pinang, Siumat dan Simanaha Pisisi Kawasan Konservasi Laut Daerah Kab. NAD Jaya Kawasan Konservasi Daerah Kawasan Bina Bahari Kawasan Konservasi Perairan Pesisir Timur Pulau Weh Kota Sabang II. Provinsi Sumatera Utara Kawasan Konservasi Laut DaerahSerdang Bedagai sebagian P. Berhala, P. Sokong Nenek dan Siembah Kawasan Konservasi Laut Daerah Tapanuli Tengah Kawasan Konservasi Laut Daerah Nias Selatan Kawasan Konservasi Perairan Daerah Nias Utara III. Provinsi Sumatera Barat Sungai Batang Pelangai Sebagai Kawasan Konservasi Perairan Daerah Kabupaten Pesisir Selatan ● Konservasi Terumbu Karang dan Kawasan Wisata bahari Pulau Ujung, Pulau Tangah dan Pulau Angso; ● Konservasi Penyu dan Kawasan Wisata Bahari Pulau Kasiak Kawasan konservasi perairan payau Jorong Maligi Kawasan Konservasi Laut Daerah Kep. Mentawai lokasi Desa Saibi Samukop,Saliguma dan desa Katurai Kawasan Konservasi Suaka Alam Perairan Batang Gasan Kawasan Konservasi Pesisir dan Pulau-pulau Kecil Sebagai Taman Pulau Kecil Kota Padang Kawasan Konservasi Perairan Daerah Kab Agam Kawasan Konservasi Perairan Daerah Kab Solok Kawasan Suaka Perikanan Ikan Terubuk Kawasan Konservasi Perairan Daerah Kab. Bungo Kawasan Suaka Perikanan Arwana Kutur Kawasan Konservasi Laut Daerah Kaur Linau,Merpas, dan Sekunyit Kawasan Konservasi Laut Daerah Kabupaten Mukomuko Kawasan Konservasi Perairan di Kec. Enggano Kab Bengkulu Utara Kawasan konservasi perairan, pesisir dan pulau-pulau kecil KKP3K - taman pesisir ngambur dan taman Pulau Betuah Taman Wisata Perairan Teluk Kilauan Taman Pulau Batang Segama VIII. Provinsi Bangka Belitung Taman Wisata Perairan Gugusan Pulau-pulau Momparang dan Laut Sekitarnya Daerah Perlindungan Laut Kabupaten Bangka Barat Kawasan konservasi Perairan kab Belitung Daerah Perlindungan Laut Kabupaten Bangka Selatan Kawasan Konservasi Perairan Laut Daerah Kabupaten Bangka Tengah IX. Provinsi Kepulauan Riau Kawasan Konservasi laut Daerah Bintan Marine Management Area Coremap Batam Kawasan Konservasi Laut Natuna Kawasan Konservasi Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil Kabupaten Natuna Kawasan Konservasi Perairan Daerah Lingga Taman Wisata Kepualauan Anambas Kawasan Konservasi Laut Daerah Pandeglang Pulau Biawak dan sekitarnya sebagai kawasan konservasi wisata laut Kawasan Konservasi Laut Daerah Ciamis Kawasan Konservasi Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil KKP3K Kabupaten Sukabumi dengan status Taman Pesisir XII. Provinsi Jawa Tengah Kawasan Konservasi Laut Daerah Pantai Ujungnegoro – Roban Kawasan Konservasi Perairan Karang Jeruk, Tegal Suaka Perikanan Waduk Malahayu dan Waduk Penjalin Kawasan Taman Pulau Kecil Pulau Panjang Kab Jepara Suaka Alam Perairan Kabupaten Gunungkidul Kawasan Konservasi Taman Pesisir Di Kabupaten Bantul Kepulauan Sepanjang dan Sekitarnya sebagai Kawasan Konservasi Laut Daerah Taman Wisata Pasir Putih Kabupaten Situbondo Kawasan Konservasi Perairan Daerah Pasuruan Taman Pulau Kecil, P. Kedung, P. Watu, P. Pandansari Kawasan Konservasi Perairan Nusa Penida Taman Wisata Perairan Buleleng Kawasan Konservasi Perairan Jembrana Kawasan Konservasi Perairan Daerah Kabupaten Karangasem XVI. Provinsi Nusa Tenggara Barat Taman Wisata Perairan Gili Sulat dan Lawang Taman Wisata Perairan Gili Tangkong, Gili Nanggu dan Gili Sundak Taman Wisata Perairan Teluk Bumbang Taman Pulau Kecil Gili Balu dan Taman Pesisir Penyu Tatar Sepang Taman Pulau Kecil Pulau Keramat, Bedil dan Temudong Taman Pesisir Penyu Lunyuk Taman Wisata Perairan Pulau Liang dan Pulau Ngali Suaka Alam Perairan Teluk Cempi Taman Wisata Perairan Gili Banta TWP Gili Ayer, Gili Meno, Gili Trawangan XVII. Provinsi Nusa Tenggara Timur Kawasan Konservasi Laut Daerah Selat Pantar Suaka Alam Perairan Kabupaten Flores Timur Kawasan Konservasi Perairan Laut Kabupaten Sikka Suaka Perikanan Perairan Pulau Lembata, Daerah Perlindungan Adat Maritim Tanjung Atadei dan Teluk Penikenek, Suaka Pulau Kecil Perairan Laut Pulau Komba XVIII. Provinsi Kalimantan Barat Bengkayang - Pulau Randayan Kawasan Konservasi Laut Daerah Bengkayang Pulau Randayan dan pulau-pulau sekitarnya Taman Pulau Kecil Kendawangan XIX. Provinsi Kalimantan Tengah Kawasan Konservasi Perairan Daerah Kotawaringin Barat XX. Provinsi Kalimantan Selatan Kawasan Konservasi dan Wisata Laut Pulau Laut Barat-Selatan dan P. Sembilan Kawasan PerlindunganLaut Daerah Kab. Tanah Bumbu XXI. Provinsi Kalimantan Timur Kawasan Konservasi Taman Pesisir dan Taman Pulau Kecil Kepulauan Derawan dan Perairan sekitarnya Kawasan Konservasi Perairan Wilayah Pesisir Dan Laut Kota Bontang XXII. Provinsi Kalimantan Utara kawasan pelestarian plasma nuftah flora dan fauna pesisir tanjung cantik dan sekitarnya kecamatan nunukan kawasan konservasi flora dan fauna muara gugusan pulau sinelak kecamatan nunukan Kawasan Konservasi Perairan Daerah di desa setabu kec. Sebatik barat XXIII. Provinsi Sulawesi Utara Kawasan Konservasi Laut Daerah Kab. Minahasa Selatan Kawasan konservasi wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil kota bitung Kawasan Taman Wisata Perairan Kab Minahasa Utara Kawasan Konservasi Perairan Daerah Minahasa Kawasan Konservasi Taman Pulau Kecil Kepulauan Tatoareng dan Perairan sekitarnya Kawasan Konservasi Laut Daerah Desa Olele Kawasan Konservasi Perairan Daerah Boalemo KKPD Gorontalo utara - perairan pulau mohinggito desa ponelo kecamatan ponelo XXV. Provinsi Sulawesi Tengah Kawasan Konservasi Laut Daerah Banggai Kepulauan pulau Tolobundu, P. Bandang Besar, P. Makaliu, P. Maringkih, P. Sonit, P. Banggai Kawasan Konservasi Laut Daerah Kabupaten Banggai Kawasan Konservasi Perairan Daerah Teluk Tomini Kawasan Konservasi Perairan Daerah Kab Morowali Taaman Wisata Perairan Libutan Sibitolu, Kab Toli-Toli Kawasan Konservasi Perairan Daerah Banggai Laut Kawasan Konservasi Perairan KKP Kabupaten Buol XXVI. Provinsi Sulawesi Barat Kawasan Konservasi Perairan Daerah Wilayah Pesisir Di Kabupaten Majene Kawasan Konservasi Perairan / Pesisir dan Pulau-pulau Kecil Kabupaten Polewali Mandar Kawasan Konservasi Perairan Daerah Kab. Mamuju XXVII. Provinsi Sulawesi Selatan Kawasan Konservasi Laut Daerah Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan Kawasan Konservasi Laut Daerah Pulo Pasi Gusung Kawasan Konservasi Laut Kabupaten Luwu Utara Kawasan Konservasi wilayah pesisir dan Pulau-pulau kecil Kab Barru Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan Pangkep XXVIII. Provinsi Sulawesi Tenggara Kawasan Wisata Laut Selat Tiworo dan Pulau-pulau sekitarnya Kawasan Konservasi Perairan Daerah Kabupaten Bombana –TWP Suaka Perikanan Kabupaten Konawe Kawasan Konservasi Perairan Daerah Buton Taman wisata Perairan Kawasan Konservasi Perairan Daerah Muna - Taman wisata Perairan Kawasan Konservasi Perairan Daerah Kolaka Utara - suaka perikanan Kawasan Konservasi Laut Daerah Buton Kawasan Konservasi Peraran - Taman Wisata Perairan Pulau Wawonii XXIX. Provinsi Maluku Utara Kawasan Konservasi Perairan Daerah Kepulauan Guraici dan Laut Sekitarnya di Kab. Halmahera Selatan Kawasan Konservasi Perairan Daerah KKPD Kab. Pulau Morotai Suaka Pulau Kecil Kabupaten Halmahera Tengah – pulau Jiew Kawasan Konservasi Perairan Daerah Kota Tidore Kelpulauan Kawasan Konservasi Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil KKP3K gugusan Pulau Widi sebagai Suaka Pulau Kecil Di kab Halmahera Selatan Kawasan Konservasi Perairan Kab Seram Bagian Timur Kawasan Konservasi Perairan Kab Maluku Tenggara Taman Wisata Pulau Baeer di dusun Duroa kecamatan Pulau Dullah Utara Kawasan Konservasi Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil KKP3K Taman Pulau Kecil Kawasan Konservasi pesisir dan pulau-pulau kecil kepulauan lease Kabupaten Maluku Tengah Provinsi Maluku Kawasan Konservasi Perairan Pulau Ay-Pulau Rhun, Kecamatan Banda, Kabupaten Maluku Tengah, Provinsi Maluku SAP Kepulauan Aru Tenggara XXXI. Provinsi Papua Barat ● SAP Kepulauan Raja Ampat dan Laut di sekitarnya ● SAP Kepulauan Waigeo sebelah barat dan laut disekitarnya ● TWP Raja Ampat Kawasan Konservasi Laut Kaimana Kawasan Konservasi Perairan Daerah Tambrauw Kawasan Konservasi Laut Daerah Kabupaten Biak Numfor LAMPIRAN 2. FORMAT BERITA ACARA PELEPASLIARAN LOBSTER Panulirus spp. BERITA ACARA PELEPASLIARAN Nomor - Pada hari ini .......... tanggal . .......... bulan .......... tahun .......... pukul .......... WIB, Saya .......... Pangkat/Gol. .......... / .......... NIP. .......... Jabatan .........., bersama-sama dengan .......... Pangkat/Gol. ........../ .......... NIP. .......... Jabatan .......... pada kantor tersebut diatas, telah melakukan pelepasliaran berupa .......... dengan ukuran .......... sebanyak .......... ekor, ..........* yang dilaksanakan di perairan .......... Dengan disaksikan oleh a. N a m a ................. Alamat ................... Pekerjaan ................... b. N a m a .................. Alamat .................. Pekerjaan .................. c. N a m a ................. Alamat ................. Pekerjaan ................. - Demikian Berita Acara Pelepasliaran ini dibuat dengan sebenarnya atas kekuatan sumpah jabatan, kemudian ditutup dan ditandatangani di .......... pada tanggal tersebut di atas. - ............................. ............................ .......................... ........................... ............................ ......................... KOP SURAT NAMA UPT ........................................ ALAMAT UPT ..................................... LAMPIRAN 3. LAPORAN PELAKSANAAN PELEPASLIARAN LOBSTER Panulirus spp. LAPORAN PELEPASLIARAN Nomor benih/induk/bertelur/dibawah ukuran* Nama tempat, Prov., Kab., Kec. Nomor Penahanan, Nomor Berita Acara Serah Terima Barang, Nomor Berita Acara Pelepasliaran Tempat, tanggal/bulan/tahun Kepala, Nama NIP. ResearchGate has not been able to resolve any citations for this present study is based on zooplankton samples collected during a Cruise l of the NASEER Northern Arabian Sea Ecological and Environmental Research programme during 1992, b ONR Office of the Naval Research US project during 1993-1995, and c older samples of plankton housed in the Marine Reference Collection and Resource Centre, University of Karachi. The plankton was screened for the larval and postlarval stages of Pakistani lobsters, all found belonging to the genus Palinurus. The stages are described and SukamtoTri MuryantoHendra KuslaniLobster merupakan salah satu komoditas perikanan andalan Indonesia karenamempunyai nilai ekonomis penting, baik untuk pasar dalam negerimaupun luar negeri. Saat ini kebutuhan akan lobster masihmengandalkan hasil tangkapan dari laut. Lobster laut sangat beragam jenisnya dan mempunyaispesifikasi perkembangan dan habitat hidup longipes femoristriga atau lobster batik merah merupakan salah satu jenis tropical spiny lobster dari Famili Palinuridae yang jarang ditemukan di Perairan Indonesia. Untuk itu penting dilakukan pengamatan aspek biologi lobster batik merah ini dan sejarah penemuannya di perairan Indonesia. Penelitian dilakukan dengan menggunakan pendekatan metode percobaan penangkapan dengan tangan dan bantuan kompresor. Beberapa analisis yang dilakukan antara lain analisis komposisi, kelas ukuran, kebiasaan makanan, analisis tingkat kematangan gonad dan fekunditas. Hasil penelitian menunjukkan bahwa berdasarkan sejarah ditemukan, lobster batik merah P. l. femoristriga merupakan tropical spiny lobster dari kelompok Palinuridae dan merupakan salah satu sub varian dari lobster batik P. longipes. Jenis ini tercatat ditemukan di perairan Lombok sebagai lokasi ke empat di Indonesia setelah Perairan Sulawesi, Papua Barat, dan Ambon. Komposisinya di perairan menempati nilai prosentase bobot dan jumlah masing masing dalam kisaran 11,26-12,03 % dan 21,28- 22,5 %, berada di urutan ke empat setelah lobster batu, bambu dan batik. Struktur ukuran hasil tangkapan didominasi ukuran larang tangkap. Kebiasaan makanan dari lobster batik merah terdiri atas kelompok moluska jenis gastropoda dan bivalvia, krustasea jenis udang udangan dan kepiting serta makrofita. Fekunditas bekisar antara – butir dengan diameter telur berkisar antara 0,45-0,79 mm. Panjang karapas dan bobot pada saat pertama kali matang gonad masing-masing adalah 3,8 – 4,7 cm cm dan 66,12 – 106,45 gr. rata rata 87,58 gr.Panulirus longipes femoristriga or red batik lobster white-whiskered coral crayfish is one type of tropical spiny lobster from the Family of Palinuridae that is rarely found in Indonesian waters. It is important to observe the biological aspects of this red batik lobster and the history of its discovery in Indonesian waters. The research was carried out using a hand-held method of and compressor equipment. Several analyzes were performed, among others, composition analysis, class size, food habits, maturity level analysis of gonad and fecundity. The results showed that based on the history of the red batik lobster P. l. femoristriga tropical spiny lobster of one of sub variants of batik lobster P. longipes. This species recorded is found in the waters of Lombok as the fourth location in Indonesia after the waters of Sulawesi, West Papua, and Ambon. Its composition occupies precentage value of weight and number of each in the range of to and to respectively, ranked as fourth after rock, bamboo and batik lobsters. The size of the catch is dominated by the size of the ban. The food habit of red batik lobsters of mollusks gastropods and bivalves, crustaceans shrimps and crabs as well as macrophytes. Fecundity ranged between 8,332 - 66,076 eggs, with diameter ranging from to mm. The carapace length and weight at the first mature gonad ranged between - cm cm and - gr average gr, species identification guide for fishery purposes. The living marine resources of Western Central PacificT Y ChanChan, 1998. Lobsters. In Carpenter, & Niem, eds. FAO species identification guide for fishery purposes. The living marine resources of Western Central Pacific. Volume 2. Chepalopods, crustaceans, holothurians and sharks. FAO. Rome. pp. Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumberdaya dan Lingkungan PerairanH EffendiEffendi, H. 2003. Telaah Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumberdaya dan Lingkungan Perairan. Kanisius. Yogyakarta, 258 lobsters of the world. An annotated and illustrated catalogue of species of interest to fisheries known to date. FAO Fisheries SynopsisL B HolthuisHolthuis, 1991. FAO species catalogue. Vol. 13. Marine lobsters of the world. An annotated and illustrated catalogue of species of interest to fisheries known to date. FAO Fisheries Synopsis. No. 125, Vol. 13. Rome, Serta Distribusi Lobster Anggota Palinuridae dan Scyllaridae di Perairan Pantai Pulau Lombok. Tesis Program Pasca Sarjana Universitas Gadjah MadaL A T T W S KalihKalih, 2012. Keragaman Serta Distribusi Lobster Anggota Palinuridae dan Scyllaridae di Perairan Pantai Pulau Lombok. Tesis Program Pasca Sarjana Universitas Gadjah Mada, Teknis Pengkayaan Stok Stock Enhancement danE S KartamiharjaF SatriaKartamiharja, & Satria, F. 2016. Petunjuk Teknis Pengkayaan Stok Stock Enhancement danGeneral Biology. The biology and Management of LobsterB F PhilipsJ S CobbR W GeorgePhilips, and George. 1980. General Biology. The biology and Management of Lobster. Edt. and Phillips. Academic Press. New York 1 2-72. Diajuga membuat kolam berukuran kecil untuk memisahkan indukan yang bertelur. Sekali bertelur, menurutnya lobster air tawar bisa menghasilkan 240-600 telur dengan persentase menetas sekitar 70 persen. Awalnya, ia hanya membeli indukan tiga set sekitar tiga puluh ekor lobster. Indukan yang bertelur akan dipisahkan di kolam lain. aSSalamualaykum Wbt & Salam Sejahtera. Kat sini saye nk kongsi cara penjagaan lobster yang sedang bertelur. Ini cuma sedikit tips pemudahcara untuk memastikan anda mendapat anak benih yang maksima. 1 Asingkan lobster tersebut dari kalangan lobster jantan yang lain. Boleh dicampurkan dengan induk betina yang lain sekiranya sebelum ini duduk di takungan yg sama. Jangan campurkan dengan lobster yg baru, untuk mengelakkan daripada bergaduh antara mereka. Tujuaannya; - Untuk mengelakkan proses mengawan sekali lagi yang boleh merosakkan telur sedia ade - Untuk mengelakkan dari lobster jantan makan anak benih yang baru menetas - Untuk memudahkan proses pemerhatian yang lebih khusus. 2 Pastikan aliran pengudaraan yang digunakan berjalan dengan lancar. Pemberian oksigen yang mencukupi membantu proses pengeraman telur. Seeloknya tambah bekalan oksigen sama ada menggunakan pam oksigen atau pam air tambahan. 3 Jika menggunakan takungan kecil bertingkat menggunakan aliran air ousing menggunakan water pump, pastikan terdapat penapis disetiap air yang keluar dari takungan induk tersebut. Tujuannya; - Untuk menapis anak benih baru yang menetas dimasukkan semula dalam takungan induknya - Untuk mengelakkan anak benih baru mati akibat bercampur dgn lobster yang lain - Untuk mendapatkan hasil yang maksimum. 4 Jaga Pemakanan induk lobster betina yang sedang bertelur. - Beri makanan yang secukupnya, gunakan dedak yang mempunyai protein yang tinggi. - Tambahan makanan juga digalakkan seperti ubi kentang kulit & keledek. 5 Kurangkan proses menukar air yang baru. Kalau boleh jangan tukar air langsung. Gunakan air yang sama, gunakan proses tapisan yang baik untuk memastikan air sentiasa bersih & cerah. Jika terpaksa tukar air, pastikan air yg digunakan telah disimpan lama. Jangan guna air Paip yg baru kerana untuk meneutralkan air paip terpaksa menggunakan anti klorin yang boleh membantutkan proses pengeraman & penghasilan anak benih yang berkualiti. 6 Jangan terlalu kerap mengubah/mengganggu/melihat induk betina yang sedang bertelur. Ini sangat penting kerana, jika lobster betina rasa tertekan akibat gangguan. Ini menyebabkan lobster tersebut akan mengiraikan membuang telur yang melekat pada badannya. 7 Letak lobster di kawasan yang tertutup untuk mengurangkan gangguan. 8 Sekiranya lobster tersebut telah selesai menetaskan kesemua anaknya. Jangan diasingkan induk dengan anaknya, ini penting untuk memastikan anaknya membesar dengan sempurna. Jika anak benih telah berumur 1 bulan inci, bolehlah induknya dicampurkan dengan induk jantan yang lain. Asingkan takungan anak benih dengan lobster yang lain mengikut umur & saiz. 9 Pemakanan untuk anak benih sangat penting. Gunakan dedak starter yang mempunyai kandungan protein yang tinggi. 10 Semua perkara di atas perlu dibuat pemerhatian dari segi pemberian makanan yang secukupnya & pemberian oksigen yang baik. INFO Telur dari induk kebiasaannya boleh menetas hampir 90% dari keseluruhan telurnya jika aturan di atas diikuti dengan sebaiknya. Kuantiti anak benih yang menetas boleh mencecah 600-800 ekor. Tentukanpilihan anda sebelum terjun ke dunia bisnis Lobster Air Tawar ini oleh karena cara pengelolaannya terdiri dari beberapa segmen, apakah anda sebagai : pedagang ; Ternak pembesaran ; Ternak pembibitan ;Ternak hobi/koleksi. hal ini perlu dilakukan agar langkah usaha yang anda jalankan bisa lebih terfokus. Tips 5.
Tahukah Anda tentang Ciri, Karakteristik dan Morfologi, Reproduksi dan Daur Hidup Lobster? Lobster adalah salah satu hewan yang masuk kedalam jenis udang-udangan yang mempunyai kulit yang sangat keras. Lobster Ciri, Karakteristik dan Morfologi, Reproduksi dan Daur Hidup Hewan ini dapat ditemui pada hamparan pasir yang biasanya terdapat karang dengan kedalaman sekitar 5 hingga 100 meter. Lobster adalah hewan yang aktif dimalam hari atau nokturnal dan ia hewan yang melakukan proses pergantian kulit. Klasifikasi Lobster Berikut adalah klasifikasi lobster yang harus Anda ketahui Kingdom Animalia Filum Arthropoda Sub filum Invertebrata Class Crustacea Sub class Malacostraca Ordo Decapoda Famili Nephropidae Hewan ini memiliki ciri – ciri yang berbeda antara jantan dan betina, mereka bisa dibedakan setelah mereka berumur 2 bulan yang panjangnya sekitar 5 – 7 cm. Pada jantan pada dasar tangkai kaki ke 5 terdapat tonjolan dari kaki jalan di bawah mulut sedangkan pada betina terdapat lubang berbentuk bulat pada dasar kaki ke 3. Capit pada jantan memiliki ukuran 2 – 3 kali lebar buku pertama dan pada betina capitnya berukuran 1,5 kali buku kaki pertama. Warna kulit lobster jantan lebih cerah jika dibandingkan dengan warna sang betina. Warna pigmen tergantung dengan kandungan dasar pigmen, air hingga pakan. Karakteristik Lobster Pada Lobster air tawar siklus hidupnya di laksanakan di air tawar sedangkan lobster air laut di air laut. Ia memiliki sistem untuk mengerami telurnya hingga telur ini menetas. Ketahuilah bahwa Ia mengasuh benihnya mulai dari benih masih kuning telur hingga memiliki bentuk juvenil ukuran tertentu dan berumur yang telah ditentukan. Kaki beraktifitas akan semakin meningkat ketika mereka mengerami telur dan juga sedang mengasuh benih – benihnya. Hal ini dilakukan karena kebutuhan oksigen yang cukup tinggi sedangkan oksigen yang terlarut dalam air sedikit, sehingga mereka menggerakkan kaki mereka guna proses pembelahan inti sel atau mitosis hingga menjadi zigot di dalam telur bahkan saat penetasan telur bisa berjalan dengan baik. Gastrulisasi terjadi ketika proses pembentukan cangkang pada lobster air tawar terjadi yaitu ketika kalsium berasal dari air yang diserap, sumber pakan yang mereka, konsumsi hingga kalsium hasil kanibal akan ditampung, baru kemudian ditumpuk pada depan lambung bagian dalam, sehingga terbentuk lempengan bulat yang memiliki warna putih susu dan dikenal dengan sebutan gastrolith. Ketika proses molting selesai secara sempurna, gastrolth diserap akan kembali diserap sejalan dengan proses pembentukan cangkang yang baru baru kemudian proses pengerasan. Morfologi Lobster Untuk mengetahui lenih detail bentuk dan ciri, berikut ulasan morfologi Lobster selengkapnya 1. Kepala Kepala atau Cheplatorax lobters ditutupi oleh kulit tebal yang tersusun dari bahan kapur atau chitin dan rosturm yang merupakan benjolan pada bagian depan yang memanjang ke depan. Rostum tersebut berbentuk datar dan halus, bentuknya menyerupai kerucut yang memiliki 2 pasang duri. Hewan ini memiliki 5 pasang kaki depan yang berguna untuk berjalan, kaki kaki ini sangat kokoh dan kuat, mereka juga menggunakan untuk melindunginya dari para predator yang menyerang. 2. Badan Lobster memiliki badan atau abdomen yang dilindungi oleh kulit sangat keras karena kulit tersebut terdiri dari 5 lapis yang bertumpuk hingga pangkal ekor atau telson. Terdapat kaki yang memiliki struktur selaput tipis dan beruas halus di bawah bagian badannya. Kaki ini mereka gunakan untuk berenang dan juga meletakkan telur – telurnya yang akan di tetaskan hingga menetas bahkan menjadi benih lobster. 3. Ekor Lobster memiliki ekor atau telson yang terdiri dari 2 bagian yaitu ekor yang berbentuk seperti kipas dan berbentuk meruncing. Kedua ekor tersebut digunakan untuk berenang maju dan mundur serta bergerak secara cepat. Pada ekor tersebut terlapisi kulit yang tebal namun terlapisi kulit tipis juga serta terdapat garis pada ekornya. Pada umumnya memiliki warna abu – abu kehitaman, kecokelatan, keorangean dan kemuning – kuningan yang dapat dibudidayakan di air tawar dan laut. Sistem Reproduksi Lobster Secara umum Lobster apabila ingin bertelur dan melakukan perkawinan ia akan pergi keluar dari tempat tinggalnya dan menuju ke perairan yang lebih dalam. Reproduksi hewan ini dilakukan secara eksternal dimana dimulai setelah sang betina melakukan proses moulting. Prosesnya yakni Pada jantan meletakan cairan kental pada bagian kelamin betina. berjalannya waktu cairan tersebut akan mengeras yang membentuk seperti kantong sperma. Kemudian setelah proses tersebut terjadi secara perlahan sang betina akan mengeluarkan butir-butir telur yang memiliki bentuk cairan kental. Kemudian ia melekat pada kaki renangnya. Selanjutnya sang betina akan merobet kantong seperma tersebut dengan menggunakan kaki jalan ke lima capit semu. Dengan hal tersebut dilakukan maka terjadilah pembuahan. Daur Hidup Siklus Hidup Lobster Hewan lobster termasuk kedalam golongan hewan pengasuh keturuannya walaupun hanya sebentar saja. Sang betina yang sedang bertelur secara otomatis akan melindungi telurnya dengan cara meletakan butir telur pada bagian bawah badan sang betina, proses ini dilakukan hingga telur tersebut terjadi pembuahan dan menjadi larva. Setelah pengeluaran telur dan pembuahan selesai dilakukan maka ia akan bergerak menjauhi pantai ke daerah perairan yang banyak karang untuk melakukan proses penetasan. Jumlah telur yang bisa dihasilkan setiap satu ekor betina adalah 400ribu butir telur. Nah, telur tersebut menurut prosesnya akan menetas dan akan menjadi sebuah larva pelagis. Larva ini tentunya memiliki bentuk yang sangat berbeda dengan lobster dewasa. Pada larva stadium filosoma sebagai contoh memiliki bentuk yang sangat pipih layaknya daun sehingga larva jenis ini akan mudah terbawa oleh arus atau ombak. Selama pertumbuhan dan perkembangan dari telur menetas hingga dewasa dan berakhir dengan kematian lobster selalu mengalami pergantian kulit atau moulting. Pergantian kulit ini lebih sering terjadi pada masa stadia larva. Untuk tingkatan stadia ini dikelompokan menjadi 3 tingkatan yaitu “naupliosoma“, “filosoma“, dan “puerulus“. Pergantian larva pada setiap stadia ke stadia berikutnya selalu terjadi pergantian kulit yang di imbangi dengan pergantian bentuk terutama pada bagian bagian tertentu misalnya pada alat geraknya. Ketahuilah pada masa di stadia filosoma yaitu masa pergantian kulit yang terakhir, disini bentuknya sudah hampir menyerupai lobster dewasa walaupun dari segi kulitnya belum terjadi pengerasan karena belum mengandung zat kapur. Pertumbuhan selanjutnya ia juga masih mengalami pergantian kulit, nah dalam proses ini barulah terbentuk lobster muda yang memiliki kulit yang keras karena terdapat zat kapur didalamnya. sifatnya tentunya sudah menyerupai yang telah dewasa juvenile. Lama hidup dalam proses stadia larva tentunya berbeda beda untuk setiap jenis dari setiap habitatnya. Lobster yang hidup di daerah perairan tropis akan jauh lebih cepat dibandingkan lobster yang bhidup diperairan sub tropis. Waktu yang dibutuhkan untuk mencapai stadia dewasa membutuhkan 3 sampai 7 bulan di daerah perairan tropis. Distribusi Penyebaran Lobster Hewan ini hidup dikedalaman yang berbeda-beda tergantung dari jenis spesies dan lingkungan yang sesuai dengannnya. Ia dapat hidup baik dengan kedalaman 5 hingga 30 meter. Untuk jenis lobster beduri memiliki penyebaran yang lebih luas dibandingkan jenis lainnya yakni dari daerah temprate hingga daerah tropik. Ia hidup di daerah intertida l dan juga diperairan dalam. Tingkat keragaman didaerah tropika jauh lebih tinggi dibandingkan pada daerah sub-tropika, namun memiliki kelimpahan yang cukup rendah. Untuk lobster hijau ia hidup diperairan yang memiliki trumbu karang yang banyak pada kedalaman hingga beberapa meter. Lobster hijau ini banyak ditemukan diperairan barat Sumatera, Selatan Jawa, , Sulawesi Selatan, Sulawesi Utara, Halmahera dan perairan Nuasa Tenggara Timur. Demikianlah pembahasan kita dalam kesempatan kali ini mengenai Lobster Ciri, Karakteristik dan Morfologi, Reproduksi dan Daur Hidup. Semoga bermanfaat. Baca Juga Jenis Udang Yang Bisa Dibudidayakan
Untukmembudidayakan lobster air tawar sangat mudah,dilihat dari badannya yang kokoh dan tahan terhadap penyakit,dan tahan segala diperhatikan apabila membudidayakanya untuk dikomersilkan ,tentu butuh perhitungan yang cukup matang.namun bila hanya untuk sekedar mengisi kekosongan waktu .hobi atau hiasan aquarium sebaiknya segera mulailah dari sekarang.Karena Peluang Usaha
Halo, sobat pintar. Adakah diantara kalian saat ini yang sedang berpikiran atau tertarik untuk memulai bisnis ternak lobster air tawar? Seperti yang kamu tahu, lobster memang mempunyai nilai jual tinggi dan banyak sekali peminatnya. Jadi, sudah pasti ketika berhasil menjalankan bisnis ini hasil yang akan didapatkan juga tentu saja sobat harus mengetahui terlebih dahulu bagaimana caranya berternak lobster air tawar yang benar sehingga dapat menghasilkan lobster-lobster yang sehat, segar dan tentunya lezat untuk dijadikan IsiApa Saja Peluang Usaha Ternak Lobster Air Tawar?Bagaimana Cara Ternak Lobster Air Tawar Agar Cepat Besar?1. Mempersiapkan Kolam2. Melakukan Seleksi Indukan3. Melakukan Proses Pemijahan4. Melakukan Perawatan Kolam5. Memberikan Pakan Berkualitas6. Memasuki Masa PanenApa Saja Peluang Usaha Ternak Lobster Air Tawar?cara ternak lobster air tawar - pixabayJika ditanya mengenai peluang dari bisnis ini, tentunya memang menjanjikan dan menguntungkan. Karena banyak sekali orang yang mencari binatang air ini untuk dikonsumsi secara pribadi, dijual di resto atau pasar tradisional dan supermarket.Setiap tahun, permintaan akan lobster semakin meningkat dibarengi dengan nilainya yang juga semakin tinggi. Maka tidak mengherankan apabila lobster air tawar semakin digemari oleh para peternak dan banyak yang tertantang untuk lobster air tawar ini terbilang cukup mudah karena metode untuk perawatannya juga tidaklah rumit, biaya pakannya murah serta pasarnya pun masih sangat luas. Disamping itu, untuk memulainya pun tidak membutuhkan lahan yang terlalu cukup menyediakan akuarium berukuran 2,5 x 1,5 meter dan perlengkapan lain sebagai penunjang budidaya. Dengan wadah sebesar itu, kamu sudah bisa memelihara sekitar 9 sembilan hingga 10 sepuluh ekor lobster. Untuk modal awal ternak lobster air tawar sendiri, Sobat Pintar membutuhkan kurang lebih 20 juta rupiah Cara Ternak Lobster Air Tawar Agar Cepat Besar?Setelah kalian mengetahui tentang peluang dari bisnis lobster air tawar ini, tentunya sobat perlu mengetahui bagaimana tahapan-tahapan dalam berbudidaya lobster air tawar. Ini bertujuan agar kamu bisa memperoleh keuntungan secara Mempersiapkan KolamKolam yang akan dipergunakan untuk pembesaran benih, harus dalam kondisi air dengan suhu 24-31°C dan memiliki pH dengan tingkat 6 hingga 8. Kamu harus selalu melakukan pengecekan suhu air di kolam, bisa dengan menggunakan termometer. Karena bila suhu tiba-tiba berubah, maka lobster akan cepat Melakukan Seleksi IndukanIndukan yang memang sudah siap untuk bereproduksi setidaknya berusia enam bulan dengan panjang minimal 10 cm dengan bentuk yang ideal. Biasanya indukan yang siap memiliki ciri khas, yaitu muncul bintik-bintik merah pada Melakukan Proses PemijahanUntuk pemijahan ada baiknya untuk mempersiapkan wadah atau kolam sendiri, dengan perbandingan 2 jantan dan 3 betina. Tetap jaga kestabilan suhu serta tinggi air dalam kolam, suhu ideal berada di angka 23°C hingga 29°C supaya proses berjalan lancar. Berikan makan 2x pintar, kalian harus menunggu sekitar 2 atau 3 minggu untuk melihat hasilnya, jika induk betina sudah terlihat akan bertelur maka harus segera dipindahkan ke kolam lainnya. Kamu harus memindahkannya bersamaan dengan paralon tempat si induk sudah 3 hingga 5 minggu, nantinya telur-telur tersebut akan menetas. Nah, disaat inilah kamu harus memindahkan para burayak ke kolam pendederan dan merawatnya secara terpisah dari Melakukan Perawatan KolamSelalu menjaga kebersihan dari kolam merupakan hal mutlak yang harus Kamu lakukan ketika sudah memutuskan untuk membudidaya lobster. Kamu bisa membuat kolam dari semen maupun terpal atau bak dapat mencampurkan cairan suplemen kedalamnya, biarkan untuk beberapa hari supaya organisme bisa muncul secara alami. Kemudian, jangan lupa untuk selalu mengganti air kolam serta membersihkan paralonnya dalam 2-3 Memberikan Pakan BerkualitasAgar ternak lobster air tawar sukses dan menguntungkan, tentu saja kamu perlu memberikannya pakan yang berharga murah namun berkualitas tinggi. Selain itu, untuk cara pemberian pakan serta perawatan antara lobster yang masih kecil dengan yang besar tentu akan sangat berbeda. Di bawah ini adalah KecilUntuk tempat persembunyian atau shelter lobster yang masih kecil, kamu bisa mempersiapkan paralon atau batako atau bisa juga kayu yang berlubang. Biasanya benih akan dipindah ketika sudah berumur 10 hari dari kolam penetasan ke kolam pembesaran. Pada kolam ini benih-benih tersebut akan dirawat selama 2 bulan, sampai akhirnya harus dipindahkan kembali ke kolam pembesaran. Rutinlah memberikan suplemen organik tiap sepuluh hari pakan dari lobster yang masih kecil, yaitu berupa jentik nyamuk, cacing tanah atau sutera dan kutu air yang merupakan pakan alaminya. Bisa juga memberikan pakan racikan, seperti tepung ikan, tepung udang, kacang hijau, sayuran, dan keong mas. Semuanya itu Anda campur menjadi BesarSangat penting untuk selalu memperhatikan tempat para lobster dewasa bersembunyi. Kebanyakan peternak lobster akan menggunakan paralon berukuran 4 inci dengan panjang sekitar 20 menebarkan suplemen organik khusus untuk lobster, sobat bisa memberikannya setiap sepuluh hari sekali dengan dosis yang sudah ditentukan. Dalam pemberiannya harus merata dan pakannya sendiri, sobat cukup memberikan makanan berupa, sayuran wortel dan tauge, cacing, pelet khusus untuk lobster. Kamu juga bisa mengkombinasikan dengan pakan yang dibuat sendiri, campurannya seperti ikan tongkol, pelet dan cacing pakan setidaknya dua kali sehari pada waktu yang sama, misal 1x di pagi hari dan 1x di sore hari. Taburkan pada kolam secara merata agar semua lobster mendapatkan bagiannya dengan ukuran yang Memasuki Masa PanenCara beternak lobster air tawar - SuksespediaSobat harus tahu bila kamu baru dapat memanen bibit ketika mencapai ukuran 1 cm hingga 2 cm, pada usia kurang lebih 20 hari. Kemudian, ketika usia 6 atau 8 bulan barulah lobster-lobster dengan berat setidaknya 100 gram bisa kembali dipanen untuk dijual ke pasar, atau bisa juga dipanen ketika ukurannya lebih besar. Karena semakin besar lobster akan semakin mahal sobat pintar, dengan informasi yang petpi berikan mengenai ternak lobster air tawar diatas? Apakah kalian sudah memikirkannya dengan matang, memang modalnya tidak besar. Namun, melakukan bisnis ini cukup menantang. Jika kamu suka dengan artikel PintarPet, jangan lupa bagikan artikel ini ke seluruh dunia dan follow juga Instagram pintarpet untuk tahu informasi tentang Budidaya Hewan terbaru lainnya! Perhatian Informasi ini dihimpun dari beberapa sumber. Tim PintarPet tidak bertanggung jawab atas cidera, kematian, kerusakan atau kerugian langsung maupun tidak langsung, materiil dan immateriil yang disebabkan oleh informasi yang kami berikan. Untuk informasi dan tindakan lebih lanjut, sebaiknya kamu bisa mengkonsultasikannya dengan dokter hewan terdekat.
Sanksitergantung jaksa dan pembuat acara. Minimal penjara 3 tahun dan denda Rp150 juta. - Crayfish/crawfish atau yang dikenal sebagai lobster air tawar merupakan salah satu jenis krustase yang memiliki ukuran dan bentuk tubuh hampir sama dengan lobster air air tawar Cherax Quadricarinatus merupakan salah satu genus yang masuk ke dalam kelompok udang air tawar Crustacea. Tubuh lobster dibagi menjadi dua bagian, yaitu bagian kepala dada Chepalothoraks dan bagian badan Abdomen. Lobster air tawar tidak memiliki tulang dalam, namun seluruh tubuhnya terbungkus oleh cangkang. Kaki gerak pada thoraks mencakup mata, antenna, antenula, mulut, dan lima pasang kaki jenis ini memiliki keunggulan jika dibandingkan dengan lobster laut, yakni sudah dapat dibudidayakan dan teknik budidayanya lebih mudah daripada udang galah dan udang windu. Dikutip dari situs UGM, budidaya lobster air tawar memiliki prospek yang tinggi karena merupakan komoditas yang jarang dibudayakan. Cara pembudidayaan lobster air tawar juga relatif mudah bagi pemula air tawar dapat dipanen dengan berbagai macam ukuran untuk memenuhi kebutuhan pasar dengan harga berkisar antara – per kilogram. Sedangkan, untuk lobster budidaya dapat dijual baik dalam keadaan masih hidup maupun sudah diolah sesuai permintaan Budidaya Lobster Air Tawar Mengutip artikel "Teknik Budidaya Lobster Cherax Quadricarinatus Air Tawar di Balai Budidaya Air Tawar BBAT Tatelu" di Jurnal Budidaya Perairan Vol. 1, No. 1, 2013, berikut langkah-langkah budidaya lobster air tawar dari tahap awal hingga pemanenan benih. 1. Persiapan alat Bak pemijahan berukuran 6m x 1m x 4m Akuarium pengeraman dan penetasan telur berukuran 80cm x 40cm x 40cm Bak pemeliharaan benih berukuran 2m x 1m x 1m Selang Batu aerator Daun kelapa Pipa paralon berukuran ¾ inci Ember/baskom plastik Cyberscan water prooff D series 3. 2. Persiapan Bahan 225 ekor Induk lobster air tawar betina 53 ekor induk lobster air tawar jantan ekor benih per bak Pakan udang Garam dapur. 3. Persiapan Lahan Budidaya Bersihkan wadah pemijahan dengan mencuci dan keringkan wadah ± 2 hari Membuat saluran air menggunakan pipa paralon PVC ¾ inci Memasang shelter berupa pila paralon dan daun kelapa, serta aerasi di setiap sudut kolam/wadah. 4. Menyeleksi Indukan Lobster Air TawarDengan menyeleksi indukan lobster air tawar yang baik, proses budidaya akan lebih maksimal. Berikut merupakan ciri-ciri indukan lobster air tawar yang baik untuk budidaya Ciri-ciri indukan Lobster air tawar yang siap dipijahkan yaitu berusia minimal 6 bulan, memiliki panjang minimal 10 cm, dan memiliki bentuk tubuh indukan betina dan indukan jantan yang ideal. Ciri-ciri indukan betina lobster air tawar yang baik yaitu kepala berukuran lebihh kecil daripada ukuran badan, memiliki berat rata-rata 64,73 gram, berusia minimal 4-7 bulan, dan memiliki alat kelamin normal yang berupa lubang pada pangkal kaki ketiga dari bawah untuk mengeluarkan telur. Ciri-ciri indukan jantan lobster air tawar yang baik yaitu memiliki kepala lebih besar daripada badan, berat lobster antara 62,79 gram, terdapat garis merah di capitnya, berusia 4-7 bulan, dan terdapat bercak merah pada capit sebelah luarnya yang menandakan bahwa lobster telah matang gonad atau siap kawin. 5. Pemijahan Induk Melakukan pemijahan induk secara masal dengan perbandingan 15 satu jantan berbanding lima betina Induk lobster yang lolos seleksi ditebar dalam kolam pemijahan berukuran 6m x1m x 4m Waktu pemijahan selama 2 minggu Setelah pemijahan berakhir, tahap selanjutnya yaitu pemanenan atau mengangkat induk yang bertelur Pemanenan induk bertelur sebaiknya dilakukan di pagi hari jam – WIB supaya lobster tidak stres. 6. Pengeraman dan Penetasan Telur Pengeraman telur lobster air tawar dilakukan secara individu di akuarium pengeraman berukuran 60xcm 40cm x40cm Induk bertelur dipindahkan dengan cara diangkat secara bersamaan dengan tempat persembunyiannya pipa paralon Lakukan dengan hati-hati supaya tidak mengganggu induk tersebut Pengeraman berlangsung 40- 47 hari sejak bertelur hingga penetasan 7. Pemeliharaan benih dan pemberian pakan Pemeliharaan dilakukan di bak beton berukuran 2 x 1 x 1 m² dengan benih berjumlah 6000 ekor/bak Pakan yang diberikan berupa pelet udang dengan dosis 3% dari berat biomassa Lakukan pemberian pakan pada benih sebanyak 2 kali sehari Setelah berusia 1 minggu, beri pakan berupa cacing sutera segar dan daphina beku yang mengandung sumber protein dan lemak hewani Berikan juga tepung, kacang-kacangan untuk memenuhi kebutuhan protein dan karbohidrat yang berasal dari sumber nabati. 8. Pengukuran Kualitas Air Pengukuran kualitas air dilihat dari suhu, pH, dan DO Lobster air tawar dapat tumbuh dan hidup secara optimal pada suhu 26-30ºC Pada habitat aslinya lobster air tawar hidup pada pH berkisar 6,7-7,8. Kemudian, lobster air tawar akan tumbuh dengan optimal pada oksigen terlarut DO berkisar > 3 – 5 mg/l. Lakukan pemeriksaan kualitas air sekali dalam seminggu. 9. Pencegahan Hama dan Penyakit Pasang saringan di tiap saluran air Untuk pencegahan hama, lakukan perendaman induk dalam garam dapur 10 gram yang telah dilarutkan Langkah di atas dilakukan sebelum induk dipijahkan. 10. Pemanenan BenihPanen dilakukan setelah benih lobster berumur 4 minggu sejak menetas. Pemanenan benih sebaiknya dilakukan pada pagi hari supaya lobster tidak stres. - Sosial Budaya Kontributor Yunita DewiPenulis Yunita DewiEditor Addi M Idhom
Bagaimanacara budidaya lobster air tawar? 7 Panduan Budidaya Lobster Air Tawar, dari Memilih Wadah hingga Panen 1. Wadah/media pembenihan 2. Sumber/kualitas air 3. Pengendalian hama dan penyakit 4. Memilih dan merawat calon induk 5. Pemijahan induk lobster 6. Proses penetasan telur 7. Pemeliharaan benih Apa penyebab lobster mati?
Lobster merupakan salah satu jenis hewan krustasea dengan nilai ekonomi yang cukup tinggi, serta menjadi salah satu bahan makanan yang digemari oleh pecinta seafood. Pada awalnya lobster merupakan makanan untuk orang miskin yang berada di Maine, Massachusetts dan dijuluki sebagai kecoa laut, karena jumlahnya yang banyak dan tersebar di pinggiran laut Massachusetts. Pada sekitar abad ke 16 jumlah lobster meningkat di Amerika Utara, sehingga menjadikan lobster sebagai makanan sehari-hari. Jumlah lobster yang terus meningkat tersebut menjadikan lobster memiliki harga yang rendah, sehingga dijadikan sebagai pupuk hingga umpan untuk memancing. Kemudian baru pada pertengahan 1800-an lobster yang melimpah di Amerika Tengah tersebut dikalengkan dan dikirim ke negara lain. Hingga turis dating untuk mencari dan menyantap daging lobster segar, sehingga lobster kemudian menjadi primadona dan memiliki harga yang tinggi. Di Indonesia sendiri, lobster merupakan salah satu bahan makanan yang biasanya dibeli oleh orang-orang dari kalangan atas. Karena harganya yang mahal lobster menarik perhatian pembudidaya untuk dibudidayakan dan kemudian dijual, sehingga dapat meraup keuntungan melalui budidaya lobster tersebut. Apabila Anda tertarik untuk membudidayakan lobster berikut beberapa jenis lobster yang dapat Anda budidayakan dan bagaimana cara membudidayakannya. Jenis-Jenis Lobster 1. Lobster Mutiara2. Lobster Bambu3. Lobster Pakistan4. Lobster Pasir5. Lobster Kipas6. Lobster Batu7. Lobster BatikRekomendasi Buku Budidaya Lobster Air TawarBudi Daya Lobster Air Tawar untuk PemulaPanduan Lengkap dan Praktis Budidaya Lobster Air TawarCara Budidayakan Lobster Air Tawar1. Membedakan jenis kelamin indukan lobster2. Memilih induk yang berkualitas3. Menyediakan tempat untuk budidaya4. Mengawinkan indukan lobster jantan serta betinaA. Mempersiapkan tempat pemijahanB. Proses memijah lobsterC. Menetaskan telur lobster5. Membesarkan lobsterA. Menggunakan media kolamB. Menggunakan media akuariumC. Memberi pakan lobsterD. Merawat lobsterArtikel Terkait Budidaya Lobster Air TawarKategori Ilmu Berkaitan Usaha / BisnisArtikel Hewan Air Jenis-Jenis Lobster 1. Lobster Mutiara Lobster mutiara dengan nama latin Panulirus Ornatus merupakan salah satu jenis lobster yang digemari oleh masyarakat Indonesia. Daging lobster mutiara memiliki karakteristik yang lembut, sehingga digemari oleh para pecinta seafood. Tubuh lobster mutiara memiliki ciri khas yaitu berwarna hijau kebiruan dengan corak totol-totol putih yang terlihat seperti mutiara. Harga dari lobster mutiara sendiri bisa mencapai Rp per kilogramnya, sedangkan lobster dengan berat 1,2 kg hingga 1,4 kg dapat mencapai Rp per kilogramnya. 2. Lobster Bambu Lobster bambu biasa dijuluki dengan nama udang pantung, udang bireng atau lobster hijau pasir ini memiliki nama ilmiah Panulirus versicolor. Lobster bambu memiliki warna dasar hijau dengan sedikit warna coklat. Ekornya berbentuk seperti kipas yang fleksibel dan memiliki ukuran tubuh hingga 31 cm. Lobster mutiara dengan lobster bambu sekilas terlihat mirip, namun Anda dapat membedakan melalui motif pada tubuh lobster, yaitu garis putih pada sepanjang bagian kaki lobster bambu. Harga dari lobster bambu ini dapat mencapai sekitar Rp hingga Rp 1,2 juta per kilogramnya. Selain itu lobster bambu pertama kali ditemukan oleh Linnaeus pada tahun 1758 dan merupakan salah satu jenis lobster dari Indonesia yang memiliki harga cukup tinggi. 3. Lobster Pakistan Lobster satu banyak ditemui di daerah perairan Jawa Timur seperti Lamongan serta Sumenep. Lobster Pakistan atau Panulirus Polyphagus dan pertama kali ditemukan pada tahun 1793 oleh Herbst. Lobster Pakistan biasa disebut sebagai udang rarak. Udang rarak atau lobster Pakistan memiliki badan berwarna hijau muda dengan suri karapas yang berwarna kuning kecoklatan pada bagian ujungnya. Panjang lobster Pakistan dapat mencapai 40 cm. Lobster Pakistan hidup di perairan laut dangkal dan harga per kilogramnya dibanderol mulai dari Rp hingga Rp Lobster ini juga cukup populer untuk masyarakat Indonesia yang menyukai seafood. 4. Lobster Pasir Memiliki nama ilmiah Panulirus Homarus, lobster pasir dapat Anda temui di perairan Indonesia serta wilayah Pasifik Selatan. Lobster pasir memiliki ketahanan bertahan hidup yang cukup baik, karena tinggal di perairan dengan karakter yang berpasir serta memiliki ombak besar. Lobster pasir pertama kali ditemukan pada tahun 1804 oleh Latreille serta biasa disebut sebagai lobster hijau atau lobster bambu hijau. Lobster pasir memiliki antena pada bagian kara[as dengan cangkang keras untuk melindungi bagian dalam tubuhnya. Badan lobster pasir dewasa memiliki warna dasar hijau muda atau kebiruan sedangkan lobster pasir muda memiliki badan berwarna kebiruan atau ungu. Lobster pasir dapat tumbuh dengan panjang badan mencapai 40 cm dan memiliki kaki berwarna biru dengan garis putih. Satu kilogram lobster pasir dibandrol dengan harga Rp dalam kondisi hidup dan keadaan segar. Oleh sebab itu, membudidayakan lobster bisa menghasilkan margin besar, pasar yang jelas, resiko kegagalan kecil yang lebih lanjut dapat Grameds pelajari melalui buku Untung Besar Bisnis Lobster Air Tawar. 5. Lobster Kipas Memiliki nama ilmiah Thenus orientalis, lobster kipas memiliki habitat di terumbu karang dan mempunyai karapas yang cukup keras serta dapat tumbuh hingga 25 cm. dibandingkan lobster lain, lobster kipas memiliki ciri khas pada kerapasnya yang lebar dan berbentuk kipas dan mudah dikenali. Harganya sendiri sekitar Rp per 200 gr nya. 6. Lobster Batu Lobster ini pertama kali ditemukan pada tahun 1791 oleh Olivier, dengan nama ilmiah Panulirus penicillatus atau biasa disebut sebagai udang jaka, udang batu maupun lobster bambu bintik. Lobster batu memiliki tubuh yang berwarna dasar hijau muda atau hijau kecoklatan dan memiliki kaki yang berwarna putih pucat yang memanjang pada setiap ruas kaki lobster. Harga lobster batu cukup tinggi, per kilogramnya lobster batu dibandrol dengan harga Rp 7. Lobster Batik Lobster batik memiliki corak yang terlihat seperti motif batik, warna dasar badan lobster batik coklat gelap serta memiliki bintik kecil berwarna putih. Antena dari lobster batik berwarna ungu dengan bintik-bintik berwarna hitam, sedangkan kaki lobster batik berwarna hitam dan ekornya berwarna orange. Lobster batik mudah ditemukan di pantai selatan pulau Jawa. Penemu lobster ini adalah Von Martens yang berhasil menemukan lobster batik pada tahun 1872 dan sayangnya, hingga saat ini informasi mengenai lobster batik sangatlah sedikit, karena sulit ditemukan serta hanya menjadi konsumsi lokal saja. Lobster batik dapat tumbuh hingga berukuran 25 cm. harganya sendiri mulai dari Rp hingga Rp per kilogramnya. Ketujuh jenis lobster tersebut dapat Anda temukan di Indonesia serta umum dibudidayakan. Selain itu jenis-jenis lobster yang ada di Indonesia memiliki harga yang cukup tinggi di pasaran apabila Anda berhasil membudidayakan lobster dengan baik. Agar Anda dapat membudidayakan lobster tersebut, Anda dapat menyimak beberapa cara yang telah penulis rangkum untuk Anda. Rekomendasi Buku Budidaya Lobster Air Tawar Berikut adalah rekomendasi buku budidaya lobster air tawar agar Anda dapat memahami lebih jelas mengenai cara dan tips budidaya lobster, Anda dapat membaca buku berjudul “Budi Daya Lobster Air Tawar untuk Pemula” yang ditulis oleh Mitha Juniar. Buku tersebut dapat Anda beli melalui dan dapat dibaca melalui e-reader Gramedia Digital. Budi Daya Lobster Air Tawar untuk Pemula Lobster air tawar merupakan salah satu makanan yang mempunyai cita rasa yang tinggi. Banyak orang yang menganggap menu lobster adalah menu makanan yang wah sehingga lobster memiliki harga jual yang istimewa. Tak jarang orang rela merogoh kocok untuk bisa menikmati kelezatan lobster. Hal ini bisa dijadikan peluang usaha bahkan bagi pemula sekalipun. Indonesia memiliki iklim tropis dua musim, tentunya sangat cocok untuk budi daya lobster air tawar. Bisa dikatakan budi daya lobster air tawar lebih mudah ketimbang jenis udang air tawar lainnya. Lahan pemeliharaannya pun tak memakan banyak tempat, bisa menggunakan akuarium ataupun kolam semen yang ukurannya bisa kita sesuaikan dengan lahan yang kita miliki. Selain itu, keunggulan lobster air tawar adalah tidak mudah terse rang penyakit dan tidak mudah stress. Buku ini hadir untuk memberikan informasi kepada Anda yang ingin memulai usaha budi daya lobster air tawar. DIharapakan peternak lobster air tawar mampu menghasilkan lobster air tawar dengan kualitas optimal dan keuntungan maksimal. Panduan Lengkap dan Praktis Budidaya Lobster Air Tawar Cara Budidayakan Lobster Air Tawar 1. Membedakan jenis kelamin indukan lobster Sebelum memilih indukan lobster, Anda perlu mengetahui bagaimana cara membedakan indukan jantan dan betina. Mengetahui perbedaan jenis kelamin pada lobster akan mempermudah Anda untuk melakukan pembibitan, sehingga proses budidaya akan terus berlanjut dan tidak berhenti pada panen pertama saja. Anda dapat membedakan jenis kelamin lobster melalui warna capitnya. Warna capit dari lobster jantan berwarna merah menyala dan terlihat lebih banyak dibandingkan lobster betina. Selain itu lobster betina memiliki capit berwarna hitam dengan sedikit corak merah. Selain melalui warna capitnya, Anda dapat membedakan jenis kelamin lobster melalui ukurannya. Ukuran lobster betina lebih besar dibandingkan dengan lobster jantan. Bagi Grameds yang baru saja ingin mempelajari bagaimana cara membudidayakan lobster air tawar ini, buku Budi Daya Lobster Air Tawar untuk Pemula yang ada dibawah ini dapat dijadikan panduan. 2. Memilih induk yang berkualitas Setelah mengetahui dan bisa membedakan jenis kelamin lobster, langkah selanjutnya Anda dapat memilih indukan lobster yang berkualitas agar menghasilkan anakan lobster yang berkualitas pula. Anda dapat memilih indukan yang memiliki warna cerah, segar dan berusia minimal 6 bulan. Ukuran kepala indukan betina lebih kecil daripada ukuran badannya serta memiliki berat sekitar 64,73 gr. Lobster betina yang baik dapat Anda kenali melalui alat kelamin yang normal yaitu terlihat lubang pada pangkal kaki ketiganya. Sedangkan indukan jantan yang baik memiliki ciri-ciri sebagai berikut. Memiliki ukuran kepala lebih besar dibanding badannya dengan berat badan sekitar 62,79 gr serta memiliki capit dengan garis merah dan berusia minimal 6 bulan. Anda dapat mengetahui bahwa lobster jantan siap dikawinkan apabila terdapat bercak merah pada capit luar. Untuk lebih memahami bagaimana cara memilih induk yang berkualitas, Grameds juga dapat mempelajari hal tersebut melalui buku Panduan Lengkap & Praktis Budidaya Lobster dibawah ini. 3. Menyediakan tempat untuk budidaya Anda perlu menyediakan tempat budidaya lobster, dapat berupa kolam tanah, kolam terpal dan lain sebagainya. Namun sebagai peternak pemula, lebih baik Anda menggunakan kolam tanah, karena biaya yang dikeluarkan tidaklah mahal dan banyak serta mudah untuk dibuat. Untuk kolam tanah budidaya lobster Anda perlu melakukan persiapan seperti membersihkan serta mengeringkan dan besar kolam minimal berukuran 1 x 0,5 x 25 cm untuk kolam pembenihan dengan jumlah benih maksimal 1000 ekor. Sedangkan kolam untuk indukan lobster dapat berukuran 200 x 200 x 50 cm. Selain ukuran, Anda sebaiknya memperhatikan lokasi kolam, yaitu kolam perlu dibangun di tempat sejuk. Setelah pembuatan kolam selesai serta benih siap ditaruh dalam kolam tersebut, Anda perlu melakukan perawatan terhadap kolam dengan cara menguras air setiap 2 hingga 3 hari sekali untuk menjaga kualitas air, kemudian Anda perlu memastikan kualitas air seperti oksigen, kekeruhan air dan lain sebagainya. 4. Mengawinkan indukan lobster jantan serta betina Setelah tempat untuk budidaya siap serta indukan jantan dan betina siap untuk dikawinkan Anda dapat memulai proses pemijahan atau pengkawinan. Untuk melakukan proses pengawinan, Anda dapat melakukan langkah-langkah berikut ini. A. Mempersiapkan tempat pemijahan Anda dapat menaruh 1 hingga 2 ekor induk jantan dengan 3 ekor induk betina. Kepadatan tebar untuk pemijahan dapat Anda atur sesuai dengan 3-5 ekor per m2. Anda juga dapat menaruh 50 gr / m2 GDM granule same serta 6 gr / m2 GDM black bos dengan cara ditebar rata dan dilarutkan terlebih dahulu lalu disiram ke dalam kolam. B. Proses memijah lobster Anda dapat memulai proses pemijahan dengan menggabungkan 1-2 jantan dengan 3 ekor betina. Siapkanlah shelter yang sesuai dengan ukuran lobster betina dan mengisi kolam dengan ketinggian sekitar 30 cm dan bersuhu 23 – 29 derajat celcius. Selama proses pemijahan Anda dapat memberi makan sebanyak 2 kali sehari sebanyak 3% dari total biomass dalam sehari. Anda dapat menunggu prose pemijahan selama 2 hingga 3 minggu, apabila berhasil Anda akan melihat indukan lobster betina bertelur. Apabila betina telah bertelur segeralah pindahkan induk betina ke tempat lain. C. Menetaskan telur lobster Setelah induk betina bertelur, Anda perlu memindahkan induk betina bersamaan dengan tempat persembunyian nya dan dilakukan dengan hati-hati. Anda dapat menaruh induk bertelur dan telur dengan jarak maksimal 150 m. Prose pengeraman telur sebaiknya dilakukan dalam bak dan terjadi selama 3 – 5 minggu. Selama 5 minggu tersebut telur akan perlahan menetas. Pada minggu pertama telur lobster berbentuk bulat dan berwarna kuning, lalu pada minggu kedua telur akan menampakan warna coklat sedikit hitam dan mulai terlihat bagian tubuh benih lobster. Setelah satu bulan bentuk tubuh lobster akan terbentuk sempurna, kemudian pada hari keempat benih akan terlepas dari tubuh induknya, 5. Membesarkan lobster Setelah proses pemijahan selesai, tahap selanjutnya yang perlu Anda lakukan adalah merawat lobster serta membesarkan ukuran lobster. Anda dapat memilih du acara dengan memilih media pembesaran lobster dengan akuarium atau kolam terbuka. Baik menggunakan akuarium maupun kolam terbuka, Anda perlu membersihkan serta mengeringkan media untuk membesarkan bibit lobster. Selain itu Anda perlu memastikan bahwa tidak ada zat beracun yang mengkontaminasi tempat pembesaran lobster. Apabila terdapat zat beracun yang mengkontaminasi kolam, lobster Anda dapat terserang penyakit, menyebabkan kecacatan bahkan lobster mati. Anda perlu memperhatikan pH air yaitu berada di sekitar 7 hingga 8, dan oksigen dengan kadar 4 ppm serta suhu air minimal 26 derajat celcius hingga 30 derajat celcius. Anda dapat mengikuti detail cara untuk membesarkan lobster seperti berikut ini. Lobster air tawar sendiri memiliki karakteristik yang berbeda jika dibandingkan dengan lpbster air laut dan teknik pembudidayaannya relatif lebih mudah jika dbandingkan, seperti halnya yang dibahas dalam buku Peluang Usaha Budidaya Lobster Air Tawar. A. Menggunakan media kolam Cara perawatan pertama adalah apabila Anda memilih untuk menggunakan media kolam, baik kolam tanah, kolam terpal maupun kolam semen. Anda perlu mengisi air pada kolam lobster seminggu sebelum waktu pelepasan bibit. Untuk media kolam, Anda dapat memilih bibit lobster yang berukuran 1 hingga 2 inchi, selain itu Anda perlu memasang aerator atau kincir sebagai salah satu sumber oksigen. Lobster yang dibudidayakan dalam kolam dapat tumbuh dan berkembang hingga 10 sampai 12 kg per ekor. B. Menggunakan media akuarium Untuk membesarkan lobster dengan media akuarium, Anda perlu menggunakan akuarium dengan ukuran 100 x 50 x 30 cm, ukuran akuarium tersebut dapat menampung lobster dengan 3 indukan. Anda perlu memerhatikan jumlah air dengan tinggi mencapai 15 – 20 cm dari dasar akuarium agar pertumbuhan lobster dapat maksimal. C. Memberi pakan lobster Setelah proses pembuahan serta pertumbuhan Anda perlu memberikan pakan lobster rutin dua kali sehari pada pagi dan sore hari. Untuk lobster air tawar Anda dapat memberikan jagung basah yang telah diparut, ketela pohon yang telah diparut serta sayuran. Apabila Anda ingin memberikan lobster pakan pelet, maka Anda perlu memberikan pelet yang berkualitas dan melihat gizi pelet untuk pakan lobster. Selain itu apabila Anda memilih membesarkan lobster dengan kolam tanah Anda dapat menumbuhkan pakan alami, seperti plankton dan tumbuh-tumbuhan yang ada di kolam. Untuk bayi lobster, Anda perlu membedakan jenis pakanya. Jangan memberikan sayur atau umbi seperti memberi pakan pada lobster dewasa, karena lobster bayi masih susah mencerna makanan tersebut. Anda dapat memberikan cacing sutra maupun cacing beku sebanyak 25% pada pagi hari dan 75% pada sore hari. Presentasi pemberian pakan tersebut dapat Anda sesuaikan dengan berat anakan lobster. D. Merawat lobster Langkah terakhir adalah melakukan perawatan terhadap lobster hingga masa panen. Anda perlu memastikan perawatan lobster seperti mengendalikan hama. Hama dapat menyerang lobster, terutama hama tumbuhan air yang biasa berkembang biak ketika musim panen. Untuk mengendalikan hama dari lobster, Anda perlu memastikan tempat untuk budidaya lobster selalu bersih dan terhindar kotoran maupun lumut. Selain memastikan kolam bersih, Anda perlu membersihkan saringan maupun filter kolam dan menjaga gelembung udara atau aerator berfungsi dengan baik. Setelah melakukan perawatan lobster dengan baik, Anda dapat memanen lobster setelah lobster berusia 6 – 8 bulan dan mencapai berat yang diinginkan. Semakin besar lobster maka semakin mahal harganya. Artikel Terkait Budidaya Lobster Air Tawar ePerpus adalah layanan perpustakaan digital masa kini yang mengusung konsep B2B. Kami hadir untuk memudahkan dalam mengelola perpustakaan digital Anda. Klien B2B Perpustakaan digital kami meliputi sekolah, universitas, korporat, sampai tempat ibadah." Custom log Akses ke ribuan buku dari penerbit berkualitas Kemudahan dalam mengakses dan mengontrol perpustakaan Anda Tersedia dalam platform Android dan IOS Tersedia fitur admin dashboard untuk melihat laporan analisis Laporan statistik lengkap Aplikasi aman, praktis, dan efisien
22Vw.
  • 88lwtom1x6.pages.dev/223
  • 88lwtom1x6.pages.dev/29
  • 88lwtom1x6.pages.dev/350
  • 88lwtom1x6.pages.dev/35
  • 88lwtom1x6.pages.dev/354
  • 88lwtom1x6.pages.dev/212
  • 88lwtom1x6.pages.dev/3
  • 88lwtom1x6.pages.dev/185
  • cara mengetahui lobster bertelur