Tata Rias dan Busana – Properti – Tata Iringan; Garis lurus dan garis lengkung – sebagai pembentuk karakter atau watak – membangun suasana; Iringan yang berasal dari luar penari – tari Pakarena menggunakan Kipas, – tari Merak menggunakan Selendang, – tari Serimpi menggunakan Kipas, Keris atau properti lain – tari Payung
Tari Kipas Pakarena adalah salah satu ekspresi kesenian yang menjadi ciri khas adat budaya daerah Gowa, Sulawesi Selatan. Salah satu keunikan dalam tari tradisional ini adalah konsep epistemologi namanya dan juga properti yang digunakan pada tarian ini cukup unik berupa kipas, seperti hal nya properti lilin pada tari Lilin dari Minangkabau. Tari kipas dimainkan oleh penari wanita berbusana adat, dengan gerakan yang anggun sambil membawa kipas sebagai atribut utamanya. Dalam perkembangannya, tarian ini banyak dijumpai di Takalar, Bantaeng, dan Kepulauan Selayar untuk beragam acara adat maupun hiburan. Ingin tahu lebih banyak mengenai nilai-nilai dalam tarian daerah ini? Berikut rincian lengkap dan pengertiannya, beserta sejumlah foto terkait Video Rangkuman Tari Kipas Pakarena Unsur-Unsur Pertunjukan Tari Kipas Pakarena1. Tema2. Karakteristik3. Pementasan4. Aturan5. Penari6. Kostum Penari7. Tata Rias8. Properti Tarian9. Tempat dan Waktu10. Musik Pengiring dan Pemainnya11. Bagian-Bagian dalam Tarian12. Pola Lantai13. Ragam GerakanSejarah Tari Kipas Sulawesi Selatan1. Asal Usul Nama dan Pencipta Versi Kerajaan2. Mitos Tari Kipas Versi Langit dan BumiMakna Tarian PakarenaFungsi1. Tarian Ritual2. Pengiring Raja3. Sarana Dakwah4. Wujud Syukur5. Sarana HiburanKeunikanPerkembangan Tari Kipas Pakerana Unsur-Unsur Pertunjukan Tari Kipas Pakarena 1. Tema Tarian ini mengangkat tema seputar berpisahnya penghuni khayangan Boting Langi dengan penduduk bumi Lino. Keberadaan tari ini juga dikait-kaitkan dengan turunnya Tumanurung bidadari dari langit untuk menyampaikan ajaran perkara beragam-macam hal kepada umat manusia. 2. Karakteristik Pakarena adalah gambaran karakteristik dari watak para wanita di Makassar, dengan ciri utama berupa kipas dan selendang, serta gerakan tangan lambat dan langkah tenang, tapi iringan musiknya khas. Tarian ini pun pernah jadi kesenian khusus istana pada masa kepemimpinan Sultan Hasanuddin, Raja Gowa ke-16 melalui sentuhan terampil dari ibunya, Li’motakontu. Pelestarian dan pewarisan tarian ritualnya kemudian dilakukan turun-temurun oleh Anrongguru pemimpin kesenian istana, serta masyarakat Gowa dan sekitarnya. Pasang surut terbesar yang menimpa pewarisan tarian ini terjadi saat Kahar Muzakkar menjadi dalang dalam gerakan pemurnian Islam. Pakarena bahkan dianggap sebagai seni yang kontradiktif dengan ajaran dalam Islam pada saat itu. Namun minat masyarakat untuk melestarikan tarian ini tetap berjalan terus alih-alih surut meski ada peristiwa itu, karena mereka telah menjadikannya bagian dari hidup. Perubahan fungsilah yang menyebabkan Pakarena masih eksis sampai sekarang. Fungsi yang lebih profan sebagai hiburan juga hadir dalam tari kipas ini, alih-alih hanya sebagai tarian sakral. Tentu saja ini mendatangkan polemik baru, hingga Pakarena pun terbagi antara seniman pro wisata dan seniman tradisi yang hanya ingin menjaga aspek sakral dalam tarian ini. 3. Pementasan Sumber Ada 5 sampai 7 penari wanita yang sering memainkan Pakarena saat dipentaskan. Penari tersebut mengenakan pakaian adat dengan musik-musik tradisional sebagai pengiringnya. Gerakan tariannya lemah gemulai dan lembut sambil memainkan properti berupa kipas lipat dengan indah pada tangan mereka. Teraturnya gerakan tariannya menjadikan Pakarena nyaman saat dilihat. Para penari juga sepenuhnya berhati-hati saat membawakannya agar dapat menyampaikan maksud dan makna dalam setiap gerakannya. Ada beberapa bagian untuk pola tarian ini, walau kadang susah membedakannya karena terlalu banyak gerakan serta masing-masingnya punya kemiripan antara satu sama lain. Kelika-likuan tarian ini berada dalam gerakan salah satu tangan yang mendominasi dengan permainan kipas lipat, sementara tangan satunya bergerak lembut dan lemah gemulai. Tak lupa pula untuk mengikutkan langkah kaki pada gerakan ini, agar seirama dengan gerakan badan dan tangannya. 4. Aturan Sumber blogabbasahmad. Ada sejumlah aturan yang menjadi pakem dan harus dipatuhi oleh para penari dalam Tari Kipas. Penari Pakarena tidak boleh membuka terlalu lebar mata mereka, serta dan tidak mengangkat terlalu tinggi kaki mereka, sehingga mereka harus punya stamina yang luar biasa tinggi. Hal ini untuk melambangkan aspek kesopanan dan kesantunan yang dijunjung tinggi dan sangat ditonjolkan dalam tarian ini. Maka perlu kesungguhan rasa dengan setulus hati dalam diri penari agar berhasil menarikannya. Setiap gerakan yang dilakukan juga harus diperhatikan, agar menghasilkan keindahan dan keserasian serta menarik perhatian karena enak untuk dilihat. Maka penonton yang menyaksikannya kemudian tidak akan bosan karena terpesona dengan penampilan tariannya. Unsur-unsur ini pula yang menjadi nilai estetis yang terkandung dalam tari pakarena. 5. Penari Sumber Wanita usia dewasa berperan sebagai Tumanurung dan menarikan tarian dengan asal daerah dari Gowa ini. Empat penari atau lebih di dalamnya tidak dibatasi usianya, antara 15 sampai 80 tahun. 6. Kostum Penari Sumber Busana adat khas Suku Gowa menjadi kostum yang umum digunakan untuk Tarian Kipas, yakni Baju Bodo lengkap dengan aksesorisnya. Bajunya longgar, dengan kain yang diselempangkan serta sarung khas Sulsel. Pakaian ini menjadikan suatu ciri khas menarik yang membedakan tata busana Tarian Kipas dengan tarian-tarian adat dari daerah lain seperti Tari Mandau dan Tari Musyoh. Ada konde berhiaskan tusuk warna emas di kepala penari. Desainnya bebungaan dan berfungsi untuk mempercantik hiasan rambut. Sedangkan aksesoris yang melengkapinya sendiri terdiri atas gelang, kalung, dan anting-anting. Kipas lipat berwarna senada juga dibawa sebagai properti utama dalam tarian ini. 7. Tata Rias Sumber Penari akan dirias sebelum memasuki panggung agar tampil lebih cantik. Riasannya cukup tebal, dan disesuaikan tema pakaian serta kipas yang digunakan agar tampak lebih segar walau dipandang dari jauh. Sehingga mengandung unsur keserasian pula dalam diri setiap wanita yang tampil di atas panggung. 8. Properti Tarian Atribut yang wajib dibawa oleh penari antara lain a. Kipas Sumber Kipas berjenis lipat berukuran besar ini digunakan oleh masing-masing para pemain. Jumlah kipas yang dibawa masing-masing tangan kanan dan kiri ada 2 buah. Warna-warna umumnya adalah cerah, seperti merah, kuning, ungu, atau putih. Karena ini adalah Tari Kipas, maka para penari harus memiliki keterampilan yang baik dalam memainkan kipas. Sehingga tarian indah pun bisa ditampilkan saat pertunjukan. Apalagi tarian ini dimainkan selama 2 jam. b. Baju pahang Sumber blogahmadabbas. Tenunan tangan asli dari Provinsi Sulawesi Selatan ini sendiri bernama Baju Pahang. Baju ini menjadi busana dan properti dalam penarian Kipas Pakarena. Saat seorang penari mengenakannya, akan seketika didapatkan sebuah kesan yang unik. c. Gelang khas Sulawesi Sumber Beragam tarian telah banyak memanfaatkan gelang sebagai aksesorisnya. Gelang dalam tari ini lazimnya berwarna emas dan punya ukiran di semua bagiannya. d. Lipa’ Sa’be Sumber Lipa’ sa’be adalah sarung sutra dengan corak yang khas Sulawesi Selatan. e. Kalung Sumber Kalung kuning emas ini berhiaskan mutiara warna-warni di bagian dalamnya. Properti berupa perhiasan ini berguna untuk menambahkan nilai kecantikan kepada para penari. f. Sampur Selendang Sumber Dalam bahasa setempat, Sampur dapat diartikan sebagai selendang yang dikenakan oleh seorang penari adat. 9. Tempat dan Waktu a. Latar Sumber Tari Kipas Pakarena dipertunjukkan dengan bertempat di panggung. Waktu yang lumrah untuk melakukannya adalah semalam suntuk, atau bisa disesuaikan lebih lanjut bila dalam acara-acara pertunjukan tertentu. b. Tata Cahaya Sumber Tata cahaya main light cahaya utama adalah penataan cahaya yang digunakan dalam pertunjukan ini. Maka cahaya yang dihasilkan pun akan menerangi seluruh bagian panggung. Tujuannya agar para penikmat bisa menyaksikan semua penari sekaligus keadaan panggung. c. Tata Panggung/Pentas Sumber Hanya ada lima penari yang memainkan Tari Kipas. Walau tidak/belum ada aturan yang baku dan jelas mengenai jumlah penari yang boleh berada di atas panggung serta batas minimalnya. Namun untuk menjaga nilai estetika dapat tersampaikan kepada penonton, biasanya penari hanya berjumlah lima orang. Kendati kadang dijumpai pula sebanyak 10 penari ada di atas panggung, belum termasuk pemain alat musik pengiring yang bertempat di sebelah kanan dan kiri panggung. Makanya, cuma ada lima di beberapa pertunjukan, walau masih ada saja yang bisa melebihkannya di pertunjukan lain. 10. Musik Pengiring dan Pemainnya Sumber Sejumlah alat musik tradisional yang tergabung dalam nama Grondong Rinci menghasilkan alunan musik sebagai pengiring tarian ini. Rincian komponen Gondrong Rinci terdiri dari genderang, gong, katto-katto, dan puik-puik seruling. Pemainnya berjumlah sekitar 4 sampai 7 orang, yang sebagian meniup seruling, dan sisanya menabuh gendang. Ada keharmonisan yang tercipta dari permainan nada yang saling berbeda-beda, sehingga jenis suara yang indah, pas, unik, padu, pula merdu pun bisa dihasilkan. Ada juga gemuruh dari hentakan demi hentakan sebagai pengatur. Anggapannya, ini adalah cerminan watak kaum lelaki Sulawesi Selatan yang keras. Pukulan dalam memainkan Gandrang ada dua, yaitu pukulan yang memakai stik dari tanduk kerbau, dan pukulan menggunakan tangan dengan tumbu. Saat tabuhan gendang ditimpali para pasrak bambu belah, tiupan dari seruling, serta gong, suasana pun jadi makin menghibur dan riuh. Umumnya pemain atau penabuh Gandrang turut menggoyangkan kepala atau tubuh, selain pukulan yang berjenis untuk tanda pengatur irama musik. Ada pula iring-iringan syair maupun lagu sesuai acara, saat dalam momen penyambutan pahlawan perang ataupun pesta bulan purnama. Diketahui, lagu tersebut adalah dongang-dongang. Selain itu, Tari Kipas tidak memberlakukan kelembutan tempo yang pelan dalam pementasannya, alih-alih sebagaimana tari-tari lain. Walaupun permainan tariannya tetap lemah lembut, tapi ritme yang dimainkan oleh para pemusik justru sebaliknya, yakni bertempo cepat. Perpaduan unsur kelembutan dari keteraturan gerakan penari yang berkembang dan kecepatan tempo dari pemusik menghasilkan tarian yang tampak unik sekaligus sangat serasi. 11. Bagian-Bagian dalam Tarian Tari Kipas yang harus dilakukan secara berkelompok, dipentaskan dalam pembagian beberapa gerakan antara lain Samboritta berteman Istilah lainnya adalah Paulu Jaga, yakni aktivitas begadang sepanjang semalam suntuk. Gerakannya adalah bagian pertama dalam pertunjukan, berupa tarian awal pemberi hormat kepada pengunjung. Jangang Leak-Leak ayam berkokok Bagian ketiga ini berangkat dari pementasan Tari Pakarena yang dulu dilakukan semalam suntuk, sehingga bagian penutupnya pun berlangsung saat ayam berkokok atau subuh. Ma’biring Kassi mendarat ke pantai Penyajiannya adalah pada babak kedua, dengan makna terkabulnya permohonan. Bisei Ri Lau’ mendayung ke arah timur Penyajiannya adalah pada babak kedua, yang dimaknai dengan arah pergerakan menuju matahari terbit, atau sebagai penanda awal mulainya kehidupan di bumi. Angingkamalino angin tanpa hembusan Tarian babak kedua yang menggambarkan rasa kecewa, karena bermakna ketiadaan hembusan angin sehingga tidak membawa kesejukan. Anni-anni pemintalan benang Penyajiannya ada pada babak kedua saat upacara perkawinan, yang dimaknai perihal ketekunan dalam mengerjakan suatu pekerjaan, maka akan membuahkan hasil yang memuaskan. Dalle tabbua kesabaran sepanjang meniti nasib Maksud dalam menarikan bagian pada babak kedua ini adalah semua hal kadang mesti berulang-ulangkali dilakukan tanpa kenal putus asa, sampai akhirnya hasil terbaik pun tercapai. Nigandang berulang-ulang Ditarikan pada babak kedua, dengan makna yang sebenarnya sama saja dengan yang sebelumnya. Hanya memang penyebutan untuk istilahnya ada perbedaan. So’nayya memimpikan sesuatu Dilakukan oleh penari pada babak kedua, maknanya adalah ketidakbolehan seorang manusia berharap terlalu tinggi, tanpa adanya usaha dan upaya sampai mampu menggapai cita-citanya. Iyolle’ mencari kebenaran Maknanya mengenai pencarian kebenaran yang harus terus dilakukan supaya hidup bisa tenang dan tenteram. Lambassari kekecewaan Berarti kadangkala segala usaha yang telah dilakukan dalam hidup, bisa saja berakhir dengan kekecewaan. Leko’ Bo’dong bentuk bulat yang sempurna Mengumpamakan adanya bulan purnama yang dianggap punya kesempurnaan dalam bentuk bulatnya serta cahaya yang terang. Sanro Beja’ seorang dukun beranak Dipentaskan pada babak kedua tarian saat upacara kelahiran, untuk menjadi gambar terhadap makna perihal cara-cara dalam merawat diri bagi seorang perempuan yang telah melahirkan. 12. Pola Lantai Harus ada kerja sama dalam setiap posisi gerakan yang dilakukan oleh para penari. Keteraturan pola lantainya berupa maju dan mundur, sementara gerakan ke kiri dan kanannya lebih mendominasi. Ada juga pola lantai dengan formasi melingkar untuk mencerminkan kehidupan manusia pada gerakannya. 13. Ragam Gerakan Sumber Watak para perempuan di Makassar yang lembut, patuh, setia, sopan, serta hormat kepada lelaki, khususnya kepada suami tecermin melalui setiap gerakan oleh para penari. Mayoritas ragam gerak tangannya berayun ke kanan dan kiri, lalu ke depan secara teratur sesuai lambatnya tempo. Tangan ini hanya akan terangkat setinggi bahu, tapi karena bergerak sangat lembut, membedakan babak demi babak begitu sulit bagi penonton. Gerakan duduk yang dilakukan oleh para penari akan menandai awal dan akhir pementasannya. Sejarah Tari Kipas Sulawesi Selatan 1. Asal Usul Nama dan Pencipta Versi Kerajaan Bila meninjau dari sejarah yang tercatat, tarian tradisional ini merupakan peninggalan Kerajaan Gowa di wilayah Sulawesi Selatan. Segala bentuk budaya yang dilahirkan dari berabad-abad kejayaan kerajaan ini pun memengaruhi corak kebudayaan masyarakat setempat, hingga terciptalah Tari Kipas Pakarena. Sampai dengan melewati keruntuhan Kerajaan Gowa, tariannya masih dilestarikan oleh masyarakat hingga hari ini. Berbicara mengenai pencipta Tari Pakarena, ia adalah putri pasangan Andi Bau Tunru Karaeng Kaluarrang dengan Hj. Andi Humaya Tunru Petta Pudji, namanya Andi Ummu Tunru. Karena sejak umur tujuh tahun sudah mulai menari, ia mempelajari tarian tradisi Bugis-Makassar dari para guru tari di lingkungan kerajaan saat berusia sembilan tahun. Penamaan lain terhadap tarian ini adalah Tari Sere Jaga, yakni sarana ritual sebelum dan seusai menanam padi oleh para warga era lampau. Properti yang digunakan untuk mengumpamakan Dewi Padi saat itu masihlah seikat padi. Pementasannya dalam beragam upacara adat seperti Ammatamata Jene atau Ammata-Mata Benteng juga masih semalam suntuk. Seiring perkembangan zaman ini, penyajian dan atribut yang digunakan pun mengalami sejumlah perubahan, contohnya penggantian seikat padi menjadi kipas. Adanya nama Pakarena dalam tarian ini diambil dari kata “karena” yang berarti “main” dalam bahasa setempat. Sehingga kini, tarian ini bisa pula diartikan sebagai suatu tradisi permainan kipas yang diwariskan dan dipertahankan turun-temurun sampai hari ini. 2. Mitos Tari Kipas Versi Langit dan Bumi Tari Pakarena tentu adalah warisan budaya yang tidak bisa terlepas dari cerita rakyat atau mitos di antara masyarakat. Kendati untuk mengetahuinya secara persis juga masih belum bisa, karena ketiadaan bukti yang tertulis. Namun ada kepercayaan dari masyarakat terhadap suatu mitos yang diturunkan secara lisan, tentang muasal Tari Kipas yang terkait makhluk dari khayangan. Kisah tarian ini berasal dari peristiwa berpisahnya penghuni khayanganBoting Langi dengan penduduk bumi Lino pada masa dulu kala. Penghuni Boting Langi pun mengajari cara-cara baik untuk hidup di bumi pada penduduk Lino sebelum mereka berpisah. Mulai dengan beternak, bercocok tanam, hingga berburu melalui gerakan tangan, badan, dan kaki. Lino kemudian menjadikan gerakan-gerakan yang telah diajarkan itu sebagai ritual rasa syukur dan terima kasih pada Boting Langi, yang berikutnya melahirkan tarian bernama Kipas Pakarena. Ada pula kisah lain perihal terciptanya Pakarena dari sebuah legenda Tumanurung ri Tamalate, Sang Raja atau Somba Pertama di Kerajaan Gowa. Bila berangkat dari cerita ini, maka kemunculan kali pertama Pakarena itu bersama Putri Tumanurung ri Tamalate, yang berikutnya menjadi tarian pengiring dan pelengkap bagi kebesarannya. Makna Tarian Pakarena Secara umum setiap gerakan yang dilakukan oleh penari mengandung makna khusus dan nilai-nilai yang sangat penting, mengenai bagaimana sikap hidup dalam pandangan masyarakat Gowa. Salah satu ciri dari makna tarian ini adalah sebagai bentuk ungkapan rasa syukur atas kebahagiaan yang telah diberikan, melalui gerakan-gerakan yang dilakukan oleh para penari. Ekspresi kesetiaan, kesantunan, kepatuhan, kesucian, sikap menghormati, kelembutan, serta kasih sayang wanita Gowa dibawakan melalui keteraturan setiap gerakan lemah lembut para penari perempuan. Makna dan filosofi lain yang diwujudkan melalui gerakan memutar searah jarum jam adalah perlambang siklus kehidupan manusia. Serta gerakan naik dan turun, yang melambangkan roda kehidupan dinamis manusia, kadang bisa ada di atas, kadang pula di bawah. Sementara pria-pria penabuh alat musik tradisioal yang mengiringi gerakan tarian dengan tempo cepat, adalah cerminan ketangkasan dan ketangguhan kaum pria di Gowa. Pementasan Tari Kipas biasanya adalah sebagai tari hiburan maupun bagian dari acara adat. Tentu saja ada maksud tertentu yang dimiliki oleh Pakarena sebagaimana umumnya tarian dari daerah lain. Berikut beberapa kegunaan dan tujuan dari pementasan tarian ini 1. Tarian Ritual Karena berhubungan dengan keberadaan kisah antara bumi dan khayangan, Tari Pakarena digelar sebagai ritual ungkapan terima kasih untuk keduanya. 2. Pengiring Raja Pakarena juga menjadi tarian untuk mengiringi Raja Gowa bahkan sampai hari ini. 3. Sarana Dakwah Ada ajaran mengenai kehidupan melalui setiap gerakan tarian ini, yakni kesabaran serta pantang mudah putus asa yang harus dimiliki manusia. 4. Wujud Syukur Dari catatan sejarah pula, tarian ini mulanya dilakukan untuk mengungkapkan rasa syukur, karena baiknya perjalanan pertanian hingga bisa menghasilkan panen yang berlimpah. 5. Sarana Hiburan Warga juga wisatawan yang mengunjungi Gowa bisa menyaksikan tarian Pakarena sebagai pentas sarana hiburan. Keunikan Tari Kipas Pakarena terbagi dalam 12 bagian, dan setiap pola gerakkannya mempunyai makna ragam acara seperti festival, datangnya event panen, saat upacara adat, untuk menghibur bangsawan di kerajaan, dan lain sebagainya memainkan tarian usia penari Tari Kipas ada dari remaja minimal 15 tahun sampai para lansia maksimal 80 tahun.Tarian Pakarena punya aturan unik yang tidak memperkenankan mata penarinya terbuka terlalu lebar dan terlalu tinggi saat mengangkat gerakan kaki yang tertahan berdiri di satu tempat tidak melangkah, dengan tangan yang terus aktif menggerakkan yang memainkan musik untuk Tari Kipas Pakarena juga harus turut menggerakan badannya sepanjang berlangsungnya seorang penari akan tetap terus lemah lembut, kendati tempo musiknya begitu lambat atau cepat. Perkembangan Tari Kipas Pakerana Tarian yang telah ada sejak era dahulu ini tetap berupaya dipertahankan sampai masa kini, karena terus dilestarikan dan dikembangkan oleh masyarakat Gowa, yang menjadikannya bagian hidup sehari-hari. Ada banyak pertunjukan tari, seperti acara adat atau acara-acara hiburan lain yang bisa didatangi untuk melihat tarian ini. Termasuk pementasannya dalam festival budaya untuk mempromosikan wisata daerah Gowa. Tari Kipas Pakarena masa kini pun sudah mengalami perkembangan pesat, baik dari segi variasi dan kreasi kostum maupun gerakannya. Meski mengalami perkembangan, namun ciri khas serta pakem atau aturan utamanya tidak diabaikan. Sebab, inilah yang menjadi karakteristik tari kipas yang membedakan tarian ini dari daerah lain. Tari Kipas pun menjadi tak kalah dengan tarian modern, meski merupakan tarian tradisional. Dibutuhkan waktu yang tak singkat dalam satu kali pementasan tarian ini, yakni berlangsung selama 2 jam. Maka para penari pun menerima tuntutan agar punya stamina kuat, demi keberhasilan membawakan tariannya dengan sempurna, sekaligus harus memperhatikan aturan pakemnya baik-baik. Itu semua merupakan poin-poin mengenai Tari Kipas Pakarena. Tarian ini memosisikan kebudayaan di Sulawesi Selatan punya kelengkapan yang menarik. Semoga informasi seputar Tari Kipas di atas akan menambah pengetahuan pula wawasan perihal kesenian tari tradisional yang ada di Indonesia. Kamu juga bisa pelajari tarian tradisional Sulawesi Selatan lainnya, seperti Tari Bosara.tarikipas zaman kuno dan kini. pengembangan keterampilan gerakdasar motorik kasar melalui. legong wikipedia bahasa indonesia ensiklopedia bebas. tari kipas pakarena seni tari tradisional. tari kipas aneka tarian rakyat daerah indonesia macam. tari
- Tari Kipas Pakarena merupakan salah satu tari tradisional yang berasal dari Gowa, Sulawesi Selatan. Tari Kipas Pakarena adalah tarian yang dimainkan oleh penari wanita dengan membawa kipas. Tarian tersebut sering dipentaskan untuk mempromosikan pariwisata di wilayah SUlawesi dari buku Ensiklopedia Tari-Tarian Nusantara 2014 karya Rizky Utami, nama Pakarena berasal dari bahasa Makasar "karena" yang artinya main dan "pa" yang artinya pelaku. Tarian tradisional Kipas Pakarena sudah menjadi kekuatan tradisi bagi masyarakat Gowa yang berabad-abad lamanya. Tarian tersebut sebagai upaya untuk melestarikan budaya kekuatan kerajaan dan masyarakat Gowa yang juga Tari Zapin, Tarian Khas Riau Tari Kipas Pakarena sempat menjadi tarian resmi istana pada masa Raja Gowa ke-16. Di mana tarian tersebut sudah turun temurun dan terus ditarikan hingga sekarang. Dulu tari tersebut hanya ditarikan di dalam istana kerajaan Gowa oleh putri-putri bangsawan. Di mana menjadi pelengkap dan wajib ditunjukkan pada saat upacara adat atau pesta-pesta kerajaan. Mitos tari Kipas Pakarena Tari Kipas Pakarena menggambarkan tentang perpisahan boting langi khayangan dengan lino bumi. Konon, sebelum berpisah, penghuni boting langi mengajarkan para penghuni lino mengenai cara bercocok tanam, beternak, serta berburu.TariKipas Pakarena adalah tari tradisional yang berasal dari Sulawesi Selatan. Berikut penjelasan tentang sejarah perkembangan, gerakan, iringan musik, video, lagu, kostum, dan propertinya Tata Rias dan Tata Busana Para penari wanita dirias sedemikian rupa agar terlihat semakin cantik.Tari kipas pakarena – Negara Indonesia adalah negara yang besar dimana dalam satu negara terdapat banyak suku dan budaya yang ada di dalamnya. Dari sinilah juga yang menjadikan kesenian di Indonesia juga beraneka ragam, salah satunya dalam bidang tari. Ada banyak sekali tari tradisional di Indonesia yang sangat cantik dan menawan saat dimainkan. Salah satunya adalah Tari Kipas. Pernahkah Anda menyaksikan pertunjukan tari ini? Tahukah Anda jika tari ini berasal dari daerah Gowa, Sulawesi Selatan. Bicara soal tari ini sesuai dengan namanya, dalam pertunjukannya setiap penari akan membawa kipas sebagai atribut utama dalam tari. Tari ini juga sangat indah dimana setiap gerakannya dibawakan dengan lemah gemulai dan anggun. Nah, untuk Anda yang ingin belajar tentang Tari Kipas, kali ini akan dibahas informasi lengkap mengenai Tari Kipas untuk Anda selengkapnya. Mau tahu seperti apa informasi tersebut? Yuk langsung saja simak penjelasan selengkapnya di bawah ini. Apa itu Tari Kipas? Apa sebenarnya yang disebut dengan Tari Kipas itu? Tari Kipas atau yang disebut juga dengan nama Tari Kipas pakarena merupakan sebuah tarian yang berasal dari Gowa, Sumatera Selatan. Tari ini dibawakan oleh para penari dengan menggunakan busana adat dan gerakannya sambil memainkan kipas. Tari ini sendiri menjadi salah satu jenis tari yang sangat terkenal di wilayah Sulawesi Selatan, khususnya Gowa. Bahkan, tari ini juga kerap ditampilkan dalam berbagai acara adat ataupun hiburan. Menariknya lagi, tari pakarena juga menjadi salah satu jenis tari yang menjadi daya tarik bagi para wisatawan untuk datang ke Gowa. Sejarah Tari Kipas Tari Kipas merupakan sebuah tari yang berasal dari daerah Gowa, Sulawesi Selatan. Di daerah ini, nama tari ini memiliki nama Tari Kipas Pakarena. Dalam bahasa setempat, kata pakarena berasal dari kata “karena” yang memiliki makna main. Adapun tarian ini sendiri sudah menjadi tarian tradisional dari masyarakat Gowa yang notabenenya merupakan bekas kerajaan Gowa. Bicara soal sejarahnya, tidak ada yang tahu persis mengenai sejarah tari ini. namun, ada sebuah mitos yang dipercaya oleh masyarakat setempat mengenai asal-usul Tari Kipas ini. Konon katanya, tari ini berasal dari sebuah perpisahan yang terjadi antara Botong Langit atau negeri Khayangan dengan penghuni limo atau bumi pada zaman dahulu. Sebelum berpisah, konon katanya penduduk boting langit sudah mengajarkan bagaimana cara hidup di bumi yang baik. Mulai dengan beternak, bercocok tanam, hingga berburu pada para penghuni limo. Mereka mengajarkan melalui gerakan tangan dan gerakan kaki. Nah, dari gerakan tangan dan gerakan kaki inilah membuat para penghuni limo menjadikan itu sebuah sebuah ritual. Ritual ini digunakan sebagai sebuah bentuk untuk mengungkapkan rasa syukur yang diberikan kepada para penghuni Botong Langit. Dari sinilah lahir yang namanya Tari Kipas. Tari ini dalam setiap gerakannya mengandung ekspresi kelembutan. Hal ini mencerminkan sebuah karakter dari perempuan Gowa yang setia, sopan, patuh dan hormat kepada para lelaki, lebih khusus kepada suaminya. Pada dasarnya, Tari Kipas dibagi menjadi 12 bagian. Hanya saja tari ini sangat susah untuk dibedakan, terlebih bagi orang awam karena gerakannya yang cenderung mirip-mirip. Nah, setiap pola gerakan dalam tari ini juga memiliki makna tersendiri. Sebagai contoh, saat para penari sedang dalam gerakan duduk, akan hal ini menjadi tanda awal dan akhir dari pementasan Tari Kipas ini. Sedangkan untuk gerakan berputar searah jarum jam memiliki makna siklus hidup manusia. Untuk gerakan naik turun juga memiliki makna bahwa kehidupan yang berjalan itu kadang ada di atas dan kadang ada di bawah seperti sebuah roda. Tari ini juga memiliki aturan yang bisa dikatakan cukup unik. Saat menari, semua penari dalam tarian ini tidak boleh membuka matanya terlalu lebar. Selain itu, gerakan kakinya juga tidak boleh diangkat terlalu tinggi. Padahal tari ini berlangsung selama da ja, dan mereka dituntut harus memiliki fisik yang prima. Sedangkan untuk alunan pengiring tarian ini menggunakan tabuhan gendang dan seruling untuk mengiringi setiap gerakan tarian para penari. Ada juga gemuruh heaka yang digunakan untuk mengatur yang dianggap sebagai sebuah cerminan atau watak dari seorang lelaki Sulawesi Selatan yang keras. Adapun untuk jumlah pemusik ada tarian ini juga unik dimana mereka hanya dibatasi tujuh orang saja. Nah-orang-orang ini biasanya memiliki julukan Gondorong Rinci. Lebih menariknya lagi, dalam tarian ini tidak Cuma penari saja yang bergerak, melainkan para penabuh juga ikut bergerak dan menggerakkan bagian tubuhnya terlebih kepala. Nah, dalam praktiknya sendiri, ada dua jenis pukulan yang dilakukan untuk menabuh gendrang. Pertama dengan menggunakan stik dari bambu yang dilapisi dengan tanduk kerbau. Ada juga yang menggunakan tangan, hal ini disesuaikan. Makna dan Fungsi Tari Kipas Pakarena Tari Kipas biasanya dipertunjukkan sebagai sebuah tari hiburan ataupun pada acara adat. Pandangan Tari Kipas bagi masyarakat gowa tentunya memiliki nilai tersendiri dan bahkan memiliki makna yang sangat penting. Salah satu makna tarian ini adalah sebagai bentuk ucapan rasa syukur atas kebahagiaan yang telah diberikan. Nah, ungkapan rasa syukur ini ditunjukkan melalui setiap gerakan tari dalam tarian ini yang dibawakan oleh penari. Tidak hanya itu sah, namun, tarian ini juga menggambarkan sebuah ekspresi kelembutan, kesucian, kesantunan, dan kasih sayang dari para wanita. Tidak heran jika gerakan pada tarian ini begitu lembut dan lemah gemulai. Pertunjukan Tari Kipas Pakarena Dalam pertunjukkannya, tari kias akan dimainkan oleh 5 hingga 7 penari wanita. Mereka akan menggunakan pakaian adat dan nantinya akan diiringi dengan musik pengiring. Dalam praktiknya, ara penari akan menari dengan lemah gemulai sambil memainkan kipas yang ada di tangannya. Dalam setiap gerakan ini, para penari juga membawakannya dengan penuh hati-hati agar makna di dalamnya tersampaikan. Pada dasarnya, gerakan dalam tari kipas ini dibagi menjadi beberapa bagian. Hanya saja karena terlalu banyak dan hampir mirip-mirip, sehingga pola gerakan ini sulit untuk dibedakan. Tarian ini lebih didominasi dengan gerakan tangan ada saat memainkan kipas lipat. Sedangkan tangan satunya akan bergerak dengan penuh kelembutan dan lemah gemulai. Gerakan ini juga diikuti dengan gerakan langkah kaki yang seirama dengan gerakan badan dan tangannya. Dalam pelaksanaannya, Tari Kipas ini memiliki beberapa aturan pakem yang harus dipatuhi oleh setiap penarinya. Salah satu aturan yang unik dan wajib dilakukan adalah dimana para penari tidak boleh membuka mata terlalu lebar seperti yang sudah disebutkan di atas. Tidak hanya mata saja, namun para penari juga tidak diperkenankan untuk mengangkat kaki terlalu tinggi. Hal ini karena ada aspek kesopanan dan kesantunan yang sangat ditonjolkan dalam tarian ini, sehingga para penari harus benar-benar menari dengan setulus hati agar bisa berhasil. Dengan aturan pakem ini membuat para penari harus memiliki stamina yang luar biasa. Selain itu, mereka juga harus memperhatikan setiap gerakan yang dilakukan agar menghasilkan sebuah gerakan yang indah, serasi dan enak untuk dilihat. Sehingga siapa saja yang menyaksikan tidak akan merasa bosan dan bahkan terpesona dengan penampilan tari ini. Pengiring Tari Pakarena Pada saat pertunjukkan Tari Kipas, biasanya penari tidak tampil sendirian. Namun, mereka akan ditemani dengan pengiring alat musik tradisional. Nah, pengiring alat musik ini disebut dengan gondrong rinci. Para gondrong rinci ini akan memainkan alat musik tradisional yang terdiri atas genderang dan seruling. Biasanya pengiring musik ini akan berjumlah antara 4 hingga 7 orang seperti yang sudah di ulas sedikit di atas. Lebih menariknya lagi, setiap pengiring akan memainkan alat musik yang sama namun dengan nada yang berbeda. Sehingga terciptalah sebuah nada yang sangat indah dan unik. Dalam tarian ini juga ada yang menarik lho. Meskipun tariannya ditarikan dengan gerakan yang lembut, namun musik yang mengiringi tarian ini memiliki tempo yang cepat. Hal inilah yang menjadi salah satu keunikan sekaligus daya tarik yang ditawarkan oleh tari ini. Karena itu, banyak wisatawan yang sangat tertarik dengan tari ini. Adanya unsur kelembutan dan kecepatan tempo musik pengiringnya membuat tari ini terlihat unik namun sangat serasi. Jika biasanya tari lembut menawarkan tempo yang pelan, maka dalam Tari Kipas hal ini tidak berlaku. Pakaian Tari Kipas Pakarena Dalam tarian ini juga menggunakan kostum sama halnya seperti tarian pada umumnya. Nah, adapun kostum yang digunakan oleh para penari saat membawakan tarian ini adalah dengan menggunakan kostum pakaian adat gowa. Para penari ini akan menggunakan baju longgar, menggunakan kain sarung khas Sulawesi Selatan dan menggunakan kain selempang. Sedangkan di bagian kepalanya akan menggunakan konde serta dihiasi dengan tusuk yang berwarna emas dan bunga untuk mempercantik hiasan rambut. Tidak hanya itu saja, namun para penari juga akan menggunakan aksesoris sebagai pelengkap. Beberapa aksesoris yang digunakan seperti kalung, gelang dan anting yang khas. Tidak lupa para penari juga akan membawa kipas lipat dengan warna yang senada sebagai atribut saat menari. Tata Rias Tari Pakarena Sebelum ara penari maju ke atas panggung, mereka akan di rias sedemikian rupa secantik mungkin. Mereka akan di rias dengan menggunakan riasan yang tebal agar terlihat lebih segar meskipun dilihat dari kejauhan. Riasan ini juga tentunya disesuaikan dengan tema pakaian dan kipas yang digunakan. Sehingga ada unsur keserasian yang tamak dari setiap wanita yang menampilkan tari ini di atas panggung. Mereka akan di rias dan menggunakan baju yang bernama baju bodo lengkap dengan aksesorisnya. Yang pastinya, ara penari akan dibuat secantik dan se anggun mungkin saat berada di atas panggung. Properti Tari Kipas Dalam tarian ini juga ada properti wajib yang digunakan oleh para penarinya. Sesuai dengan namanya, ini adalah Tari Kipas, sehingga dalam pelaksanaannya setiap penari akan membawa kipas. Kipas yang dibawa merupakan jenis kipas lipat yang memiliki ukuran yang besar. Nah, setiap penari, akan membawa kipas sebanyak dua buah yang akan diletakkan pada tangan kanan dan kirinya. Kipas ini pada umumnya memiliki warna yang cerah seperti kuning, merah, putih dan juga ungu. Karena ini adalah Tari Kipas, maka setiap penari harus benar-benar memiliki keterampilan dalam memegang kipas yang baik. Sehingga pada saat pertunjukkan bisa menampilkan tarian yang indah. Apalagi tari ini dimainkan selama 2 jam lamanya. Setting Panggung Dalam pelaksanaannya, tari kias ini hanya dimainkan oleh lima penari saja. pada dasarnya tidak ada aturan baku berapa jumlah penari yang boleh berada di atas panggung. Namun, biasanya jumlah penari hanya berjumlah lima orang. Meskipun demikian, kadang pula ditemukan jumlah penari yang ada di atas panggung sebanyak 10 orang. Padahal jumlah ini belum termasuk pengiring alat musik untuk mengiringi tari pakarena yang berada di samping kanan dan kiri panggung. Yang pastinya tidak ada atau belum ada aturan yang jelas mengenai jumlah penari yang harus menarikan tari ini. sebab, di beberapa pertunjukkan hanya ada lima namun di pertunjukan lain bisa lebih. Namun, bisa disebut bahwa minimal penari wanita berjumlah 5 agar nilai estetika dari tari bisa tersampaikan kepada penonton. Perkembangan Tari Kipas Pakarena Pada dasarnya, Tari Kipas Pakarena ini sudah ada sejak zaman dahulu. Hingga saat ini, tari ini masih tetap dipertahankan oleh masyarakat Gowa, Sulawesi Selatan. Tari ini jika dahulu dijadikan sebagai bentuk rasa syukur, kali ini tari ini lebih banyak ditampilkan sebagai cara hiburan ataupun di upacara adat. Bahkan, saat ini tari ini sering ditampilkan di acara festival sebagai salah satu bentuk promosi daerah Gowa. Karena itu, saat ini Tari Kipas sudah mengalami perkembangan yang sangat pesat. Mulai dari gerakannya, hingga kostumnya juga sudah banyak yang di upgrade menjadi lebih baru lagi. Meskipun sudah mengalami perkembangan, namun tetap saja ciri khas dari tari ini tidak boleh ditinggalkan. Sebab, ciri khas inilah yang menjadikan tari ini begitu unik dan berbeda dengan tari yang ada di daerah lainnya. Tari pakarena adalah sebuah tari tradisional masyarakat Gowa, Sulawesi Selatan. Ini menjadi sebuah tari khas daerah yang menawarkan keindahan gerak yang lembut namun memiliki tempo yang cepat. Tari ini dibawakan oleh wanita dan pengiring musik yang membuatnya terlihat begitu unik dan tidak membosankan. Meskipun hanya sebuah tari tradisional, namun tari ini tidak kalah menarik dengan tari modern saat ini. Ada unsur keindahan yang ditampilkan dari setiap gerakan kipas yang membuat siapa saja yang melihatnya akan merasa betah. Apalagi dengan lembutnya gerakan dan banyaknya pola gerak yang ditawarkan membuat tari ini semakin sempurna. Tidak seperti tari lainnya yang hanya dimainkan dalam durasi yang singkat, maka Tari Kipas pakarena tidak demikian. Tidak tanggung-tanggung, tari ini dimainkan dengan durasi yang sangat lama yakni 2 jam. Karena itu, setiap penari dituntut untuk memiliki stamina yang kuat agar berhasil membawakan tari ini dengan sempurna. Terlebih mereka juga harus memperhatikan aturan pakem seperti tidak boleh membuka mata terlalu lebar dan mengangkat kaki terlalu tinggi. inilah yang menjadi salah satu keunikan Tari Kipas pakarena yang tidak dimiliki oleh tari lainnya. Baca Juga Tari Topeng Bagaimana? Bukankah Indonesia itu sangat beragam? Hal ini dibuktikan dengan banyaknya tarian tradisional yang ada di negara ini. Bahkan, setiap daerah memiliki tari tradisional lebih dari satu dan semua itu tampak cantik dan indah. Dengan informasi seputar Tari Kipas di atas semoga bisa menambah wawasan Anda dalam hal tari tradisional. Hal ini tentunya sebagai sebuah ajang untuk melestarikan tari tradisional yang saat ini sudah mulai kurang peminatnya. z0106wO.